Bisnis.com, JAKARTA – Dividen jumbo senilai Rp2,91 triliun dibayarkan emiten Grup Salim PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) kepada para pemegang sahamnya pada hari ini, Selasa (22/7/2025). Sentimen dividen, daya beli, dan ketidakpastian geopolitik diproyeksi membayangi arah pergerakan saham emiten produsen Indomie itu ke depan.
Padda hari ini, para pemegang saham ICBP bersiap menerima dividen jumbo sebanyak Rp250 per saham. Emiten Grup Salim tersebut akan membayar dividen senilai total Rp2,91 triliun.
Pembagian dividen itu terseut sejalan dengan kinerja positif ICBP sepanjang 2024. Penjualan bersih ICBP tercatat sebesar Rp72,59 triliun atau meningkat 6,90% year on year (YoY). Didorong oleh segmen mie instan, ICBP mampu menumbuhkan laba bersih hingga 13% secara tahunan.
Di lantai bursa, saham ICBP parkir di level Rp10.500 per saham pada perdagangan Senin (21/7/2025). Dengan demikian, dividend yield ICBP setara dengan 2,38%.
Saham ICBP tercatat merosot 7,69% dari posisi Rp11.375 per saham pada akhir 2024. Meski sedan menurun sejumlah analis masih memberikan pandangan positif terhadap prospek saham emiten Anthoni Salim ini.
Berdasarkan data konsensus analis yang dihimpun Bloomberg per 21 Juli 2025, sebanyak 32 analis yang mengulasa saham ICBP kompak memberikan rekomendasi beli. Target harga saham untuk ICBP dalam 12 bulan ke depan diproyeksi menembus Rp14.068 per saham.
Rekomendasi terbaru untuk saham ICBP disampaikan oleh analis Verdhana Sekuritas Sandy Ham yang memberikan rekomendasi beli dengan target harga Rp18.700 per saham.
Selanjutnya, analis DBS Bank Cheria Widjaja memberikan rekomendasi beli dengan target harga Rp14.300 dan analis UOB Kayhian Sekuritas Wilinoy Sitorus menyarankan investor membeli ICBP dengan target harga Rp13.800 per saham.
Peringkat outperform juga disematkan analis Macquarie Ariyanto Jahja terhadap ICBP dengan target harga Rp14.000 dan analis Binaartha Sekuritas Eka Rahmawati mengestimasi target harga saham ICBP di level Rp14.640 per saham.
Analis Samuel Sekuritas, misalnya, masih menyematkan prospek yang positif terhadap ICBP. Bahkan, para analis menilai, ICBP berpotensi menjadi penerima manfaat dari impor gandum AS.
"Ke depan, ICBP berpotensi mendapat manfaat dari penurunan harga tepung akibat tarif 0% untuk gandum dari AS," kata mereka dalam riset yang dikutip Senin (21/7/2025).
Pasalnya, para analis menilai, ICBP memiliki daya tahan yang cukup kuat, dengan pangsa pasar sekitar 70% di segmen mie instan. Hal ini dinilai bakal memberikan peluang bagi ICBP untuk tidak kehilangan pasar di tengah tren downtrading dan lemahnya daya beli masyarakat.
Para analis masih merekomendasikan ICBP dengan target harga Rp14.000 per saham. Hal itu mencerminkan kenaikan 33,33% dari harga ICBP saat ini di Rp10.500 per saham.
“Risiko terhadap rekomendasi kami antara lain depresiasi rupiah yang berkelanjutan dan kenaikan harga bahan baku di tengah lemahnya daya beli saat ini,” tulis para analis.
Sentimen Bahan Baku & Produk Anyar ICBP
Senada, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menerangkan ICBP tidak akan terpengaruh secara signifikan terhadap impor gandum yang akan tetap dilaksanakan beberapa tahun mendatang.
Bahkan, Nafan menilai, dengan Indonesia tidak menerapkan tarif impor terhadap AS, hal itu bakal membantu ICBP untuk mengurangi cost production di dalam negeri.
Akan tetapi, di tengah tarif yang masih menghantui kinerja ekspor Indonesia, Nafan menilai bahwa ICBP mampu untuk memperbesar wilayah pasar mereka tidak hanya di AS. Hal itu dinilai bakal memberikan lebih sedikit pelemahan terhadap ICBP dalam sentimen ini.
Sejumlah pasar selain AS yang bisa dijajaki oleh AS antara lain negara-negara yang tergabung dalam BRICS hingga Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik atau Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Teranyar, melalui perjanjian IEU–CEPA, Nafan menilai bahwa pasar ICBP mampu diperluas selain pasar AS.
“Tentunya hal tersebut saya pikir mampu memaksimalkan potensi produk-produk Indofood, sebagai alternatif dari United States. ICBP bisa memaksimalkan peluang akses pasar ke negara-negara sahabat lainnya,” katanya saat dihubungi, (21/7/2025).
Dengan begitu, Nafan menilai bahwa upaya pencarian pasar baru ICBP bakal membantu kinerja perusahaan lebih berkelanjutan.
“Dan juga sebenarnya, pasar di AS tidak terlalu signifikan, hemat saya demikian,” tutupnya.
Secara teknikal, Nafan merekomendasikan accumulative buy terhadap saham ICBP, dengan target harga Rp10.775 dan support pada area Rp10.275 & Rp9.950.
Dalam riset terpisah, analis BRI Danareksa Sekuritas Christy Halim dan Sabela Nur Amalina menyoroti daya dorong produk baru ICBP sebagai katalis positif. Salah satu produk baru itu ialah peluncuran produk yogurt dengan target pasar anak-anak yang diteropong berpotensi membuat posisi ICBP semakin kuat di pasar anak-anak.
Selain itu, peluncuran produk baru ini juga dinilai bakal mendukung segmen dairy yang selama beberapa tahun terakhir menghadapi tantangan ketat dan tren downtrading.
"Berdasarkan pengecekan langsung kami terhadap produk yogurt dalam kemasan pouch, yogurt anak Indomilk merupakan produk dengan harga paling kompetitif kedua setelah Biokul," katanya dalam riset yang dipublikasikan Jumat (20/6/2025).
Selain itu, sepanjang 2025, ICBP diramal bakal mendapatkan pertumbuhan pendapatan setelah perseroan melakukan penyesuaian harga jual rata-rata (ASP) sebesar 3%—4% pada Februari 2025.
Selain itu, harga bahan pokok seperti gandum yang relatif stabil dan penurunan harga CPO juga hanya akan memberikan tekanan terhadap margin ICBP secara terbatas dalam jangka waktu yang pendek.
”Kami mempertahankan ICBP sebagai pilihan utama atau top pick di sektor konsumer karena sifatnya yang defensif di tengah lemahnya daya beli masyarakat,” katanya.
Para analis BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan buy dengan target harga Rp14.000 per saham bagi ICBP. Adapun risiko yang membayangi ICBP selama tahun berjalan 2025 antara lain pelemahan daya beli masyarakat yang berpotensi mempengaruhi volume penjualan hingga volatilitas harga bahan baku utama yang berpotensi menekan margin ICBP secara keseluruhan.
Sebelumnya, Direktur Utama Indofood CBP Anthoni Salim menerangkan selain pelemahan daya beli, ketegangan perang dagang dan ketidakpastian geopolitik juga menjadi beberapa tantangan yang dihadapi oleh ICBP sepanjang 2025. Salah satu upaya yang tengah dilakukan ICBP adalah memperluas jaringan distribusi mereka.
”Meskipun demikian, kami akan terus fokus pada pertumbuhan melalui inovasi, memperluas jangkauan distribusi kami baik di Indonesia maupun luar Indonesia, dan mendorong keunggulan operasional sehingga mampu terus beradaptasi dan tetap kompetitif di tengah kondisi pasar yang dinamis,” kata Anthoni Salim dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/4/2025).
Dalam Annual Report ICBP 2024, Anthoni Salim menegaskan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi pada 2025, perseroan bakal lebih mengembangkan kegiatan usaha baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. ICBP memiliki rencana untuk memperluas distribusi dan penetrasi ke wilayah-wilayah yang sudah maupun belum terjamah.
Serangkaian upaya peremajaan mesin untuk memastikan kemampuan manufaktur yang maksimal hingga penambahan kapasitas bakal menjadi beberapa upaya yang akan dilakukan ICBP ke depannya. Selain itu, Anthoni Salim menegaskan bahwa perseroan bakal senantiasa untuk relevan dengan pasar mereka.
Anthoni menegaskan, peluncuran berbagai produk sepanjang 2024 seperti Pop Mie seri Korea merupakan salah satu upaya ICBP mendekatkan produk mereka kepada Gen Z.
”Guna memenuhi permintaan konsumen yang terus berkembang terutama dari Generasi Z sebagai segmen populasi terbesar, kami memperkenalkan lebih dari 40 produk baru di pasar Indonesia dan luar Indonesia,” katanya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.