Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai risiko gagal bayar di pasar surat utang korporasi masih terkendali, meskipun terjadi tren kenaikan penerbitan obligasi untuk kebutuhan refinancing.
Kepala Ekonom Pefindo Suhindarto mengatakan tingkat gagal bayar hingga akhir Juni 2025 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu.
“Tingkat default per Juni 2025 hanya sekitar 1,26%, jauh lebih rendah dari posisi Desember 2024. Jadi, memang dari kondisi secara gagal bayar justru relatif menurun,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (15/7/2025).
Dia menjelaskan bahwa pada tahun lalu, terdapat tiga perusahaan yang gagal membayar kewajiban surat utang. Namun, sampai dengan pertengahan 2025, jumlah itu turun menjadi hanya satu perusahaan.
Menurut Suhindarto, perbaikan kondisi gagal bayar didukung oleh stabilitas makro ekonomi dan suku bunga bunga acuan yang menurun. Hal ini akhirnya menjadi stimulus bagi perbaikan leverage perusahaan.
“Dengan adanya pemangkasan suku bunga, artinya leverage keuangan bagi perusahaan juga semakin membaik. Perbaikan secara makro itu secara tidak langsung mendukung kinerja dari masing-masing perusahaan,” ucapnya.
Baca Juga
Pefindo memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi akan meningkat seiring besarnya nilai jatuh tempo pada paruh kedua tahun ini.
Sepanjang tahun ini, nilai jatuh tempo surat utang diperkirakan mencapai Rp161,2 triliun. Adapaun sebanyak Rp96,43 triliun jatuh pada semester II/2025.
Suhindarto menyatakan tingginya nilai jatuh tempo menjadi salah satu katalis utama untuk meningkatkan aktivitas penerbitan obligasi baru untuk kebutuhan refinancing selama Juli-Desember 2025.
“Ini menjadi katalis keperluan refinancing perusahaan dan memang kebutuhan tersebut melonjak dua kali lipat, sehingga kemungkinan ke depan masih akan banyak penerbitan yang dilakukan untuk motif refinancing ini,” tuturnya.