Bisnis.com, JAKARTA — Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pekan lalu, pelaku pasar kini mulai menanti kepastian arah kebijakan Bank Indonesia (BI) yang akan menjadi penentu reli selanjutnya.
IHSG tercatat menguat 2,65% ke 7.047,44 sepanjang perdagangan 7-11 Juli 2025. Kenaikan itu membuat IHSG menjadi salah satu bursa dengan kinerja terbaik di Asia Tenggara, hanya kalah dari Vietnam yang meningkat 4,61%.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menuturkan bahwa sentimen domestik menjadi penyangga IHSG di tengah situasi global yang kurang kondusif akibat kebijakan baru tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) kepada Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Brazil untuk impor tembaga.
“Faktor domestik yang mendorong IHSG berkaitan dengan euforia pasar atas saham-saham IPO yang masih banyak mengalami kenaikan bahkan melanjutkan ARA,” ujarnya, Senin (14/7/2025).
Dia menambahkan bahwa sentimen positif indeks juga datang dari kenaikan harga komoditas andalan ekspor seperti batu bara dan crude palm oil (CPO).
Sementara itu, di tengah menguatnya sentimen domestik, pelaku pasar kini mulai beralih mencermati dinamika kebijakan moneter jelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang bakal berlangsung pada 15-16 Juli 2025.
Baca Juga
Menurut Fajar, pasar masih memperkirakan bank sentral hanya akan memangkas suku bunga atau BI Rate sebanyak satu kali hingga akhir 2025. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemangkasan suku bunga melebihi ekspektasi jika mempertimbangkan lemahnya ekonomi domestik.
“Jika melihat perkembangan ekonomi domestik yang masih sangat lemah dan butuh sekali dorongan stimulus, BI bisa saja memberikan kejutan dengan melakukan pemangkasan suku bunga lebih dari sekali di sisa 2025,” ucapnya.
Dia menilai sektor yang paling berpotensi diuntungkan jika BI memangkas suku bunga adalah properti, perbankan, keuangan, dan industri. Akan tetapi, investor tetap perlu mempertimbangkan valuasi dan prospek sektor tersebut.
Dihubungi terpisah, Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan juga menyebutkan bahwa pasar tengah memperkirakan kemungkinan BI kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,25% pada Juli 2025.
Menurut Felix, ekspektasi ini muncul karena kondisi makro terbilang cukup kondusif mulai dari rupiah yang cenderung stabil, inflasi masih dalam target, dan tekanan eksternal relatif mereda dengan DXY masih di bawah 100.
“Pasar sudah mulai memperkirakan [price in] potensi rate cut ini sejak awal bulan, terlihat dari rebound di saham-saham bank besar yang biasanya paling sensitif terhadap arah kebijakan moneter,” ucapnya.
Apabila pemangkasan benar terjadi, dia menyatakan sektor yang paling diuntungkan adalah perbankan karena biaya dana atau cost of fund bisa turun dan potensi penyaluran kredit dapat meningkat.
Selain itu, sektor properti dan konsumsi juga berpotensi meraih angin segar lantaran suku bunga acuan yang lebih rendah berpotensi mendorong daya beli dan permintaan pembiayaan ke depan.
“Jadi, kalau memang BI kembali pangkas suku bunga, besar kemungkinan reli saham big bank masih bisa berlanjut, apalagi kalau diikuti data ekonomi yang positif dan aliran dana asing yang terus masuk,” ujar Felix.
Pada perdagangan hari ini, IHSG kembali mencatatkan kenaikan sebesar 0,71% menuju level 7.097,69 hingga pukul 15.05 WIB. Sebanyak 172 saham menguat, sementara 437 saham terkoreksi, dan 194 saham jalan di tempat.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.