Bisnis.com, JAKARTA — Aksi penawaran umum perdana saham PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) dinilai menjadi katalis positif pendorong kenaikan harga saham-saham terafiliasi Prajogo Pangestu.
CDIA memulai proses initial public offering (IPO) selama 2-7 Juli 2025 dan menetapkan harga penawaran sebesar Rp190 per saham. Dengan total saham yang dilepas mencapai 12,48 miliar lembar, perseroan diperkirakan mengantongi dana segar sebesar Rp2,37 triliun.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia Arifin menyampaikan bahwa kehadiran CDIA dalam waktu dekat akan memberi sentimen positif terhadap sejumlah saham emiten milik Prajogo Pangestu.
“Memang CDIA akan menjadi katalis positif untuk saham-saham terafiliasi dengan Prajogo Pangestu, bahkan sebelum IPO saham-saham terafiliasi tersebut sudah meningkat harganya,” ucap Arifin dalam diskusi daring, Jumat (4/7/2025).
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham-saham Grup Barito tercatat membukukan kenaikan setidaknya dalam kurun sebulan terakhir. Saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), misalnya, melesat hingga 20,16% ke level Rp1.550 per saham.
Peningkatan harga juga dialami saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) yang kini berada di Rp9.800 per saham, mencerminkan pertumbuhan sebesar 7,40% selama sebulan. Sementara itu, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) naik 0,42% menjadi Rp11.850.
Namun, capaian berbeda ditorehkan oleh PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). Emiten di sektor infrastruktur ini terkoreksi 8,06% selama sebulan ke level Rp5.700 per saham.
Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memandang bahwa CDIA kemungkinan besar meraih lonjakan harga secara signifikan pada fase perdagangan awal setelah IPO. Meski demikian, investor tetap perlu mencermati prospek bisnis ke depan.
Mengacu laporan keuangan 2024, CDIA meraih lonjakan pendapatan dari lini penjualan listrik dan bahan bakar, penyewaan kapal, tangki, serta dermaga. Oleh karena itu, keberlanjutan bisnis CDIA bakal dipengaruhi arah perekonomian dan kompetisi di sektor terkait.
“Perusahaan di sumber daya energi itu bukan hanya CDIA. Ada beberapa perusahaan lain yang bergerak di energi listrik dan dipasarkan ke pihak lain. Perlu dilihat persaingan di industri ini, sehingga apakah ke depan bisa menopang pertumbuhan kinerja mereka,” ucap Reza.
Sepanjang 2024, CDIA tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp1,65 triliun dengan laba bersih mencapai Rp495,10 miliar. Capaian ini disumbangkan oleh empat pilar bisnis utama yakni energi listrik, bisnis logistik, pengelolaan pelabuhan, dan pengolahan air bersih.
“Dengan lini bisnis yang terbesar adalah energi listrik,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina dalam kesempatan terpisah.
Martha menuturkan bahwa dari sisi neraca keuangan, CDIA memiliki total aset sebesar Rp17,38 triliun, liabilitas sebesar Rp5,3 triliun, dan ekuitas mencapai Rp10,49 triliun. Adapun total kapitalisasi pasar calon emiten ini diperkirakan mencapai Rp23,7 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.