Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Net Sell Asing Rp4,51 Triliun Sepekan, Saham BBCA hingga ADRO Banyak Dilego

Dalam sepekan terakhir nilai bersih saham yang dilepas asing atau net sell mencapai Rp4,51 triliun
Investor mencari informasi pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (16/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mencari informasi pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (16/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia kembali mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing yang deras seiring dengan gejolak Timur Tengah. Sejumlah saham seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) menjadi yang paling banyak dijual investor asing.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan net sell asing sebesar Rp3,27 triliun pada perdagangan hari terakhir pekan ini, Kamis (26/6/2025). Dalam sepekan, pasar saham Indonesia pun mencatatkan net sell asing Rp4,51 triliun.

Alhasil, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025, pasar saham Indonesia mencatatkan net sell asing sebesar Rp53,21 triliun.

Pada perdagangan sepekan terakhir, sejumlah saham banyak dijual asing. Saham BBCA misalnya mencatatkan net sell asing terbesar di angka  Rp1,42 triliun. Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp857 miliar.

Saham bank jumbo lainnya yakni PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan penjualan bersih asing sebesar Rp407 miliar.

Saham sektor lainnya seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) mencatatkan net sell asing sebesar Rp319 miliar dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) mencatatkan dilego asing dengan nilai bersih Rp226 miliar. Selain itu, ADRO mencatatkan net sell asing sebesar Rp211 miliar.

Larinya dana asing dari pasar saham Indonesia sejalan dengan masih lesunya indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks mencatatkan pelemahan 0,14% dalam sepekan, ditutup di level 6.897,4 pada perdagangan Kamis (26/6/2025).

Adapun, leusnya pasar saham Indonesia masih dipengaruhi oleh sentimen global yakni ketegangan di Timur Tengah. Pasar masih mengkhawatirkan konflik Iran dan Israel akan berdampak pada kinerja perekonomian global.

"Investor cenderung melakukan perdagangan jangka pendek, di tengah kondisi ketidakpastian yang masih relatif tinggi," ujar Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan juga menilai pada perdagangan pekan ini, pasar mencermati dua sentimen kunci terkait geopolitik dan energi.

"Geopolitik antara Israel-Iran masih krusial. Jika konflik mereda, minyak turun dan saham konsumen terangkat. Sebaliknya, jika eskalasi meningkat, pasar energi naik dan sektor pertahanan mendapat keuntungan," kata David.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper