Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup menguat pada perdagangan Kamis (8/5/2025). Rupiah ditutup menguat pada level Rp16.502 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 34 poin atau 0,21% ke level Rp16.502 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,36 ke 99,9.
Sementara itu, sejumlah mata uang Asia lainnya ditutup bervariasi seperti yen Jepang melemah 0,44%, dolar Hong Kong turun 0,12%, dolar Singapura turun 0,14%, dolar Taiwan menguat 0,01%, dan won Korea Selatan melemah 0,35%.
Lalu peso Filipina melemah 0,39%, rupee India menguat 0,24%, yuan China melemah 0,13%, ringgit Malaysia turun 0,73%, dan baht Thailand menguat 0,20%.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan penguatan mata uang rupiah ditopang oleh turunnya cadangan devisa yang digunakan untuk pembayaran utang luar negeri.
"Penguatan rupiah juga dikarenakan triple intervensi dari Bank Indonesia di pasar valas, repo, dan obligasi," ucap Ibrahim, Kamis (8/5/2025).
Dari global, sentimen datang dari the Fed yang mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25% hingga 4,5%, yang telah berlaku sejak Desember.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan fed tidak terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunga. Dia juga menyebut ekonomi AS menghadapi ketidakpastian yang meningkat, terutama dalam menghadapi perang dagang yang sengit dengan China yang dapat menyebabkan inflasi dan pengangguran yang lebih tinggi.
"Jika kenaikan tarif besar yang telah diumumkan berkelanjutan, kemungkinan akan menghasilkan kenaikan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan pengangguran," kata Powell.
Dia melanjutkan, dampak pada inflasi bisa berlangsung singkat, mencerminkan pergeseran satu kali dalam tingkat harga. Namun, ada kemungkinan juga bahwa dampak inflasi justru bisa lebih persisten.
Selain itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga akan bertemu dengan pejabat ekonomi tertinggi China pada 10 Mei di Swiss untuk negosiasi mengenai perang dagang yang mengganggu ekonomi global.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu menyarankan agar China memulai perundingan perdagangan, seraya menambahkan bahwa ia tidak bersedia memangkas tarif AS yang tinggi sebesar 145% atas barang-barang China untuk mengajak Beijing berunding.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.