Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mewaspadai ketegangan antara India dan Pakistan bakal menambah tekanan terhadap rupiah yang baru-baru ini menunjukkan penguatan dalam satu bulan terakhir.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI) Erwin Gunawan Hutapea menyadari bahwa ketidakpastian ini masih menghantui pasar keuangan.
“India-Pakistan kelihatannya juga menambah persoalan yang saling ancam dengan geopolitik. Masih menjadi hal yang mempengaruhi bagaimana pelaku pasar melihat landscape perekonomian dan juga pasar keuangan global,” ujarnya dalam Taklimat Media, Rabu (7/5/2025).
Pasalnya, urusan tarif yang dikeluarkan pemerintah Donald Trump pun masih dalam proses negosiasi dan penuh ketidakpastian.
Untuk diketahui, India dan Pakistan merupakan dua negara bersenjata nuklir yang telah berseteru sejak pemisahan tahun 1947, memiliki sejarah panjang konflik bersenjata, termasuk Perang Kargil 1999 yang berlangsung selama beberapa bulan di wilayah Kashmir.
Sebelumnya, pemerintah India mengonfirmasi telah melancarkan serangan militer terbatas ke wilayah Pakistan, sebagai bagian dari janji balasan atas serangan militan di Kashmir bulan lalu yang menewaskan 26 orang.
Baca Juga
Erwin pun telah mewaspadai akan adanya pelemahan pada hari ini akibat tensi di kedua negara tersebut. “Ketegangan India dan Pakistan, kelihatannya [menyebabkan] nilai tukar juga bergerak ke kanan [melemah] pada hari ini,” tuturnya.
Terbukti, nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan sore hari ini. Sementara itu, dolar AS menguat sembari ada perundingan dagang antara AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot rupiah terdepresiasi 0,53% ke level Rp16.536 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS mengalami penguatan tipis 0,03% ke level 99,42 pada saat bersamaan.
Erwin melanjutkan, di tengah bertambahnya tekanan pasar keuangan, aliran modal asing yang menjadi indikator stabilitas rupiah memang masih bergerak keluar atau outflow secara umum. Utamanya dipengaruhi oleh pasar saham.
Meski demikian, pasar Surat Berharga Negara (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) positif mencatatkan aliran modal masuk ke pasar keuangan Tanah Air.