Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (
IHSG) telah menggeliat pada April 2025, setelah sebelumnya sempat terpuruk. Namun, pasar saham Indonesia masih mencatatkan larinya dana asing.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 0,26% ke level 6.766,79 pada perdagangan akhir bulan kemarin, Rabu (30/4/2025). IHSG pun menguat 12,85% dalam sebulan perdagangan atau sepanjang April 2025.
Penguatan IHSG terjadi setelah pada awal bulan ini (8/4/2025), indeks terpuruk. IHSG saat itu jeblok 7,9% menuju posisi 5.996,1.
IHSG bahkan sempat anjlok 9,19% ke level 5.912,06 setelah pembukaan kembali pasca libur Lebaran. BEI pun mengumumkan pembekuan sementara perdagangan saham atau trading halt.
Baca Juga
Sementara, saat ini IHSG masih di zona merah, turun 4,42% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Di sisi lain, saat IHSG mulai bangkit, pasar saham Indonesia masih mencatat larinya dana asing. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp20,8 triliun sepanjang April 2025.
Alhasil, dalam empat bulan 2025 berjalan, pasar saham Indonesia mencatatkan net sell asing sebesar Rp50,7 triliun.
Pada April 2025, sejumlah saham mencatatkan net sell asing yang tinggi. Dua saham bank jumbo PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya mencatatkan net sell asing masing-masing Rp3,44 triliun serta Rp2,35 triliun.
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menilai IHSG telah berada pada posisi penguatan setelah pada awal bulan ini terpuruk. Namun, terdapat faktor yang mendasari kekhawatiran bahwa penguatan IHSG tidak sustainable, yakni larinya dana asing.
"Investor asing yang masih cenderung lanjutkan net sell selama fase bullish reversal IHSG sejak 8 April 2025," tulis Valdy dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan juga memproyeksikan aliran dana asing masih akan keluar deras dari pasar saham Indonesia pada kuartal II/2025. Faktor pendorongnya adalah sentimen negatif tarik ulur kebijakan tarif impor AS.
"Investor khususnya foreign pun mungkin masih akan keluar dari market domestik kita di bulan April ini khususnya, untuk memburu aset safe haven seperti emas, US Treasury, dan mata uang negara lain seperti yen dan franc swiss," ujar Felix kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.