Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 21 emiten merancang pembelian kembali atau buyback saham tanpa RUPS. Lalu, apakah aksi ini dapat mendorong penguatan IHSG?
Analis dan VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi berpandangan aksi buyback belum sepenuhnya mendorong penguatan harga saham di pasar.
"Seperti dari big bank, BBRI melakukan buyback Rp3 triliun hingga saat ini harga saham masih bergerak melemah sekitar 5%. Lalu BMRI buyback sebesar Rp1,17 triliun dan harga masih cenderung stagnan," ujar Audi, Jumat (11/4/2025).
Di sisi lain, tetap ada saham yang menguat selama emiten terkait melakukan buyback. Misalnya, saham MEDC tercatat harganya berhasil menguat sekitar 12% sejak dimulainya periode buyback. Meskipun cenderung masih tertekan, buyback berhasil menjaga penurunan harga saham MEDC di pasar.
Lebih lanjut, Kiwoom Sekuritas berpandangan pasar masih akan lebih kuat ditopang oleh meredanya dampak tarif AS, meskipun hanya jangka pendek selama 90 hari, yang mengurangi ekspektasi dampak terhadap ekonomi dalam negeri.
Selain itu, pergerakan pasar juga akan didorong oleh normalisasi nilai rupiah, seiring dengan potensi pemangkasan FFR yang kian meningkat. Data dari CME FedWatch menunjukkan spekulasi pasar untuk FFR akan turun ke rentang level 3,75%-4,00% hingga Desember 2025.
Audi melanjutkan, pihaknya memperkirakan volatilitas yang akan meningkat akan berdampak pada melebarnya pergerakan IHSG dengan target di kuartal II/2025 pada level 6.750-6.800 untuk skenario optimistis, lalu 6.560-6.600 untuk skenario moderat, dan 5.700-5.750 untuk skenario pesimistis.
Sementara itu, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman menjelaskan buyback pada dasarnya memberikan gambaran ke pasar mengenai tingkat kepercayaan manajemen terhadap kinerja perusahaan, yang tidak tercermin pada harga sahamnya.
"Untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki kepemilikan asing dengan skala besar dan masih mendapatkan posisi outflow, tingkat pergerakan harga sahamnya berpotensi masih belum terlalu stabil meskipun ada buyback ini," tutur Fath.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.