Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Teknologi WIFI, GOTO, hingga BUKA Meroket Imbas Penundaan Tarif Trump

Saham-saham sektor teknologi seperti WIFI, GOTO, hingga BUKA meroket ke zona hijau imbas penundaan tarif yang dilakukan oleh Donald Trump.
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat telepon pintar di Jakarta, Minggu (23/3/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat telepon pintar di Jakarta, Minggu (23/3/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten-emiten di sektor teknologi tercatat melesat ke zona hijau pagi ini, seiring dengan penundaan tarif yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Saham WIFI, GOTO, hingga BUKA meroket ke zona hijau pagi ini. 

Berdasarkan data dari RTI Infokom, sampai pukul 10.45 WIB, saham afiliasi Hashim Djojohadikusumo PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) menjadi salah satu saham dengan penguatan tertinggi di sektor teknologi pagi ini. Saham WIFI menguat 17,03% ke level Rp1.855 per saham. 

Kemudian saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) juga tercatat menguat 11,94% pagi ini, dengan naik ke level Rp75 per saham. 

Lalu saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) juga tercatat menguat 4,03% ke level Rp129 per saham. Lalu saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) naik 3,75% ke level Rp498 per saham pagi ini.

Senada dengan saham-saham tersebut, saham termahal di Bursa Efek Indonesia saat ini, PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) juga tercatat menguat pagi ini. Saham DCII naik 1,29% ke level Rp154.975 per saham. 

Di sisi lain, saham teknologi Grup Djarum PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) tercatat turun 0,91% ke level Rp436 per saham pagi ini. 

Penguatan saham teknologi itu sejalan dengan lonjakan indeks Nasdaq di Wall Street pada Rabu (9/4/2025). Merujuk data Bloomberg, Nasdaq Composite melesat 12,16%. Di sektor teknologi, saham Nvidia meroket 18,7% dan Apple melesat 15,3%.

Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menjelaskan Presiden AS, Donald Trump mengumumkan penundaan pada sebagian reciprocal tariffs untuk 90 hari ke depan. 

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menjabarkan bahwa seluruh negara, kecuali China kembali ke tarif dasar sebesar 10%. Sementara reciprocal tariffs untuk produk impor asal China justru dinaikkan menjadi 125% menyusul sejumlah aksi balasan oleh Tiongkok.

Penundaan ini memberi waktu lebih lama bagi negara-negara lain untuk melakukan negosiasi dengan AS. Kebijakan ini diharapkan dapat meredam risiko perang tarif meluas ke negara di luar China. 

Valdy juga menuturkan kebijakan penundaan implementasi sebagian reciprocal tariffs oleh pemerintah AS memberikan waktu yang lebih lama bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan negosiasi dengan Pemerintah AS. 

"Secara global, kebijakan tersebut juga meredam potensi bertambahnya daftar negara yang melakukan aksi balasan," ujar Valdy, Kamis (14/4/2025). 

Sebelum negosiasi dimulai, Pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya. Pertama, mengubah kebijakan TKDN. Kedua, membuka kuota impor untuk sejumlah produk hajat hidup orang banyak. Ketiga, meningkatkan persentase impor LPG dari AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper