Bisnis.com, JAKARTA — Harga aset kripto seperti Bitcoin melorot tajam imbas kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin pada perdagangan hari ini Senin (7/4/2025) turun 5,92% dalam 24 jam terakhir ke level US$77.407 per koin. Harga Bitcoin sudah turun 7,18% dalam sepekan perdagangan terakhir.
Kemudian, harga Ethereum turun 12,92% ke level US$1.570,65 per koin pada perdagangan hari ini. Harga Ethereum juga ambles 13,07% dalam sepekan.
XRP turun 10,97% ke US$1,9 per koin pada hari ini. Harga XRP juga turun 11,2% dalam sepekan. Selain itu, harga BNB turun 6,52% ke US$553,96 per koin pada perdagangan hari ini dan telah turun 7,9% dalam sepekan.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan anjloknya harga Bitcoin dan aset kripto lainnya dipengaruhi oleh kebijakan tarif impor Trump.
Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada Rabu (2/4/2025), waktu setempat. Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.
"Kemungkinan Bitcoin fluktuasi dan turun ke level terendahnya US$75.000 per koin karena kebijakan tarif AS. Perang dagang tidak sesuai harapan bagi investor-investor aset kripto," kata Ibrahim dalam keterangannya pada beberapa waktu lalu.
Ditambah, salah satu brand ambasador aset kripto yakni Elon Musk masuk ke pemerintahan Trump dan membuat fluktuasi bitcoin tidak jelas.
"Artinya setelah Trump terpilih presiden dan Elon Musk masuk ke pemerintahan, aset kripto kondisinya jigjag, tidak bisa diprediksi sama sekali sampai saat ini," tutur Ibrahim.
Sebelumnya, Chief Economist & Global Strategist ADM Investor Services International Marc Ostwald menilai harga kripto mengalami penurunan seiring dengan kebijakan tarif Trump karena semakin berkorelasi dengan aset tradisional seperti saham dan obligasi, yang terdampak oleh ketidakpastian ekonomi makro.
Tarif atau biaya tambahan yang dikenakan AS pada impor dari negara lain membuat Wall Street khawatir tentang resesi global. Investor kripto kemudian menjauhi aset kripto, yang dianggap relatif berisiko.
“Ini semua tentang risk appetite pasar yang terus memburuk, dan untuk sementara waktu mendorong jurang pemisah antara aset kripto dan emas, yang terus menjadi aset safe haven pilihan,” kata Marc Ostwald dilansir dari Coindesk.
Saat sistem keuangan dan perdagangan global menjadi lebih terfragmentasi, investor mencari alternatif untuk aset yang lebih berisiko. Sementara, untuk saat ini, investor berarti beralih ke aset yang lebih aman.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.