Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) atau SIG mencatatkan laba bersih senilai Rp719,76 miliar sepanjang 2024 atau anjlok 66,84% secara tahunan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024, Semen Indonesia membukukan pendapatan sebesar Rp36,18 triliun. Jumlah ini turun 6,38% dibandingkan dengan realisasi 2023 (year-on-year/YoY) yang mencapai Rp38,65 triliun.
Pendapatan SMGR sepanjang 2024 ditopang oleh penjualan kepada pihak ketiga yang berjumlah Rp33,76 triliun, sementara penjualan pada pihak berelasi berkontribusi sebesar Rp2,42 triliun.
Seiring dengan turunnya pendapatan, beban pokok pendapatan juga ikut turun tipis 0,77% YoY menjadi Rp28,25 triliun. Setelah dikurangi antara pendapatan dan beban pokok, SMGR mencatatkan laba kotor senilai Rp10,17 triliun, ambles 22,07% YoY.
Perolehan laba kotor perseroan kembali tergerus oleh beban lainnya. Semisal, beban umum dan administrasi yang meningkat 3,42% YoY menjadi Rp3,46 triliun. Alhasil SMGR memperoleh laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp1,25 triliun merosot atau 62,13% YoY.
Setelah diakumulasikan dengan beban dan pendapatan lain, SMGR mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp719,76 miliar, susut 66,84% YoY dibandingkan raihan laba bersih 2023 yang senilai Rp2,17 triliun. Laba per saham juga turun dari posisi Rp321 menjadi Rp107.
Baca Juga
Sementara itu, sepanjang 2024, SMGR mencatatkan total aset sebesar Rp76,99 triliun atau menurun sebesar 5,90% YoY. Adapun liabilitas juga turun 16,16% YoY menjadi Rp26,63 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp48,30 triliun atau naik 1,06% secara tahunan.
Adapun arus kas setara kas pada akhir periode Desember 2024 tercatat sebesar Rp3,65 triliun atau turun sebesar 47,27% YoY dari posisi sebelumnya yakni Rp6,93 triliun.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Industri semen diproyeksikan hanya meraih pertumbuhan penjualan sebesar 2,3% secara tahunan pada 2025, lantaran kondisi stagnan penjualan semen kantong dan melambatnya pertumbuhan semen curah. Kondisi itu berdampak terhadap prospek saham dua emiten semen berskala jumbo.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry menuturkan penjualan semen kantong hampir tidak mengalami perubahan dengan proyeksi penurunan 0,3% year on year (YoY) pada 2025, dibandingkan koreksi 1,6% yang terjadi hingga Oktober 2024.
Sementara itu, pertumbuhan semen curah yang sebelumnya mencapai 9,1% hingga Oktober 2024 diperkirakan bakal melambat menjadi 8% YoY pada tahun ini.
“Daya beli konsumen masih akan lemah. Program pemerintah yang dirancang untuk mendukung rumah tangga berpenghasilan rendah membutuhkan waktu lebih lama untuk berdampak langsung pada pengeluaran rumah tangga, khususnya dalam renovasi atau pembangunan rumah,” ujarnya dalam riset, Selasa (7/1/2025).
Segmen semen curah, kata Richard, diprediksi terpengaruh oleh pengurangan anggaran infrastruktur sebesar 5% YoY, dengan penurunan signifikan pada anggaran Kementerian PUPR hingga 31% YoY dan proyek IKN Nusantara 64% YoY.
Dia menilai, meski program 3 juta rumah besutan pemerintah diharapkan dapat mengerek volume penjualan, skenario ini belum dimasukkan dalam proyeksi karena masih minimnya kejelasan terkait implementasi program tersebut.
Sementara itu, dari sisi harga jual rata-rata (average selling price/ASP), industri semen diperkirakan hanya mengalami kenaikan terbatas sebesar 0,5% hingga 1% YoY.
Menurutnya, pemulihan harga pada semen kantong didorong oleh pertumbuhan volume yang lebih baik dari kontraksi yang dialami pada 2024.