Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak fluktuatif pekan ini. Sejumlah sentimen seperti FOMC Federal Reserve hingga data neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan menjadi perhatian pasar pekan ini.
Tim Riset Phintraco Sekuritas menuturkan IHSG diperkirakan akan bergerak dengan resistance pada level 6.630-6.370 selama sepekan.
Dari global, pasar mengantisipasi perkembangan kebijakan tarif Pemerintah AS dan hasil FOMC pada 19 Maret 2025 mendatang. CME FedWatch Tools mencatat probabilitas suku bunga acuan bertahan di 4,25%-4,5% sebesar 98%.
Dari regional, China dijadwalkan merilis sejumlah data ekonomi penting. Salah satunya data penjualan ritel yang diperkirakan naik ke 4,0% yoy di Februari 2025 dari 3,7% yoy di Januari 2025.
Sebelumnya, realisasi Foreign Direct Investment (FDI) Tiongkok turun 20,40% yoy di Februari 2025, jauh lebih buruk dari penurunan 13,40% yoy di Januari 2025. Kondisi ini memvalidasi keputusan Pemerintah China untuk mulai mengimplementasikan stimulus jumbo sejak kuartal IV/2024.
"China berupaya memaksimalkan konsumsi domestik untuk menyerap produksi manufaktur dan jasa domestik Tiongkok, tulis Phintraco Sekuritas.
Baca Juga
Sementara itu, dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang diperkirakan kembali surplus di Februari 2025. Hal ini diperkirakan karena penurunan impor dan penurunan pertumbuhan ekspor.
Kondisi ini sejalan dengan perkiraan perlambatan konsumsi domestik di Februari 2025, jelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri di Maret-April 2025.
Mempertimbangkan tingginya uncertainty risk dari eksternal dan Internal, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG kembali fluktuatif dalam rentang lebar di kisaran 6.370-6.630 pada pekan ini.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.