Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah saham mencatatkan kenaikan yang signifikan sepanjang tahun berjalan 2025. Bahkan, kenaikan sejumlah saham selama tujuh bulan pertama 2025 mencapai lebih dari 300%.
Berdasarkan data Bloomberg, saham PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) memimpin jawara penguatan saham, dengan terbang hingga 776,32% sepanjang tahun berjalan 2025 (YtD).
Emiten Prajogo Pangestu ini mengalami penguatan selepas melantai di Bursa pada 9 Juli 2025. Artinya, hanya butuh waktu sekitar 12 hari perdagangan untuk saham CDIA menyentuh level tersebut. Kini, saham CDIA dibanderol seharga Rp1.665 per lembar.
Di belakang CDIA, saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) terbang hingga 723,57% YtD. Kini, harga sahamnya dibanderol seharga Rp346.725 per lembar dari Rp42.100 pada awal tahun 2025.
Pada urutan ketiga, saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN) melesat hingga 630% sejak menggelar IPO bersamaan dengan CDIA pada 9 Juli 2025. Kini, harga saham COIN dibanderol seharga Rp730 per lembar.
Selanjutnya, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), PT Repower Asia Indonesia Tbk. (REAL), PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), yang masing-masing menguat 595,79%, 514,55%, dan 502,21% sepanjang tahun berjalan 2025.
Sejumlah analis menilai, penguatan terhadap beberapa saham di dalam indeks, terutama mendapat tambahan daya dari aksi korporasi yang dilakukan perseroan pada 2025.
Analis MNC Sekuritas PIK Hijjah Marhama memberikan contoh penguatan WIFI yang ditopang oleh rights issue yang sempat dilakukan emiten terafiliasi Hashim Djojohadikusumo tersebut. Alhasil, kenaikan sejumlah saham tidak sejalan dengan kondisi makro ekonomi nasional.
“Faktor utama kenaikan ini karena didorong oleh aksi korporasi. Ini yang paling membuat market tidak berjalan sama dengan ekonomi saat ini. Yang mana penguatan harga di booster dari kegiatan korporasi,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (25/7/2025).
Sebagai informasi, rights issue WIFI bernilai total sebesar Rp5,9 triliun, dengan jumlah saham baru yang ditawarkan mencapai hingga 2,95 miliar lembar saham pada harga pelaksanaan Rp2.000 per saham.
Senada, Investment Analyst Capital Asset Management Martin Aditya juga menyebut lonjakan sejumlah saham sepanjang tahun berjalan, terutama disebabkan oleh aksi korporasi.
Menurutnya, harga saham yang meroket sepanjang 2025 belum tentu merepresentasikan nihilisme sentimen terhadap pasar modal Indonesia.
“Sejumlah saham tersebut melesat kebanyakan karena difaktori oleh corporate action. Menurut saya melesatnya harga-harga tersebut tidak menandakan keadaan global yang sudah mereda,” katanya kepada Bisnis, Jumat (25/7/2025).
Selain alasan aksi korporasi, para analis sepakat bahwa sejumlah sentimen lain juga turut menyertai perjalanan para emiten, baik secara sektoral maupun industri. Penguatan terhadap saham DCII dan INET, misalnya, disinyalir terjadi karena upaya transformasi digital yang tengah digencarkan oleh pemerintah.
Sementara itu, penguatan terhadap CDIA dinilai terjadi karena Grup Prajogo Pangestu yang memberikan daya tarik tambahan bagi saham ini kepada para investor.