Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat terdapat 97 perusahaan yang masuk ke dalam pipeline penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) di pasar modal Indonesia dengan dana yang dihimpun diperkirakan mencapai Rp14,87 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan pada tahun ini sampai 28 Februari 2025, telah terdapat 12 aksi penghimpunan dana di pasar modal. Adapun, dana yang terhimpun mencapai Rp20,74 triliun.
"Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren positif," kata Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Selasa (4/3/2025).
Sementara, masih terdapat 123 lagi aksi penghimpunan dana yang masuk dalam pipeline. Dana yang terkumpul dalam pipeline aksi penghimpunan dana itu mencapai Rp42,56 triliun.
Khusus untuk IPO, Inarno mengatakan terdapat 97 aksi IPO yang masuk ke dalam pipeline OJK. Nilai penghimpunan dana lewat 97 IPO itu diproyeksikan mencapai Rp14,87 triliun.
Selain IPO, ada 4 aksi penawaran umum terbatas yang masuk ke dalam pipeline, serta terdapat 10 penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) yang masuk ke dalam pipeline.
Adapun pada tahun lalu, mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat 41 emiten yang menjalankan IPO. Jumlahnya turun dibandingkan dengan 2023, di mana terdapat 79 perusahaan IPO.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman optimistis pasar saham Indonesia, termasuk tren IPO akan kian ramai pada 2025. BEI menargetkan peningkatan pencatatan efek baru, yaitu sebanyak 407 efek baru, dengan pencatatan sebanyak 66 saham. Target pencatatan saham baru ini naik dari tahun 2024 yang sebesar 62 pencatatan saham.
Bursa juga menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar Rp13,5 triliun per hari di tahun 2025. Target ini menurut Bursa naik dari revisi target RNTH 2024 yang sebesar Rp12,25 triliun.