Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan Keuangan NVidia Mengecewakan Investor, Wall Street Ditutup Terkoreksi

Bursa AS ditutup melemah pada perdagangan Kamis (27/2) seiring dengan kemerosotan saham produsen chip Nvidia.
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (27/2/2025) waktu setempat seiring dengan kemerosotan saham pembuat chip Nvidia setelah laporan triwulanannya gagal menghidupkan kembali reli AI di Wall Street.

Sementara itu, investor fokus pada data yang menunjukkan melemahnya perekonomian AS.

Melansir Reuters pada Jumat (28/2), indeks S&P 500 ditutup melemah 93,76 poin atau 1,57% dan berakhir di level 5.862,79. Kemudian, indeks Nasdaq Composite melemah 531,00 poin atau 2,78% ke 18.544,26. Selanjutnya, Dow Jones Industrial Average turun 192,98 poin, atau 0,44%, menjadi 43.240,14.

Saham Nvidia anjlok setelah perusahaan Silicon Valley tersebut memberikan perkiraan margin kotor kuartalan yang lebih lemah dari perkiraan yang menutupi prospek pendapatan yang optimis.

Koreksi NVidia membuat saham pembuat chip Broadcom dan Advanced Micro Devices (AMD) juga turun, yang membuat indeks chip Philadelphia turun tajam.

Peluncuran model kecerdasan buatan berbiaya rendah dari DeepSeek China pada bulan Januari telah meredam reli AI di Wall Street, sementara laporan analis minggu ini menunjukkan bahwa Microsoft membatalkan beberapa sewa pusat data juga meningkatkan kekhawatiran akan kelebihan kapasitas AI.

“Pendapatan Nvidia bagus, tapi tidak seperti pendapatan blockbuster yang telah mereka hasilkan selama beberapa waktu,” kata Scott Welch, kepala investasi di Certuity.

Ketika saham-saham teknologi melemah, sektor-sektor lain di pasar mengalami kenaikan. Indeks energi S&P mencatat kenaikan, mengikuti lonjakan harga minyak mentah setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan izin perusahaan minyak Chevron untuk beroperasi di Venezuela.

Turut membebani sentimen investor adalah data yang menunjukkan klaim pengangguran melonjak lebih dari perkiraan pada minggu sebelumnya. Sementara itu, laporan lain menegaskan kembali bahwa pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal keempat.

Data yang dirilis pada Kamis ini mengikuti laporan selama seminggu terakhir yang menunjukkan perekonomian sedang terhenti, kekhawatiran akan hal tersebut juga menempatkan ketiga indeks utama AS di jalur penurunan bulanan.

“Kita sekarang melihat ketakutan terhadap inflasi digantikan oleh kekhawatiran terhadap pertumbuhan, dan hal ini, pada gilirannya, menyebabkan saham bergerak sideways, dan bahkan berpotensi turun,” kata Michael Green, kepala strategi di Simplify Asset Management di Philadelphia.

Pada bidang perdagangan, Trump menerapkan tarif timbal balik sebesar 25% pada mobil Eropa dan barang-barang lainnya. Dia juga mengatakan tarif terhadap Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada Selasa.

Investor fokus pada data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulanan, yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, yang akan dirilis pada hari Jumat.

Pedagang memperkirakan The Fed akan menurunkan biaya pinjaman setidaknya 50 basis poin pada bulan Desember, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper