Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kombinasi Laporan Morgan Stanley & Peluncuran Danantara, Bikin IHSG Berdarah

Ambrolnya IHSG hingga 2,41% diperkirakan akibat turunnya rating saham MSCI Indonesia menjadi underweight.
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (6/1/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (6/1/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor hingga 2,41% ke level 6.587 pada penutupan perdagangan sore ini, Selasa (25/2/2025). Beberapa penyebab dari ambrolnya IHSG ini diperkirakan akibat turunnya rating saham MSCI Indonesia bertepatan dengan pembentukan BPI Danantara.

Pengamat Pasar Modal sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Budi Frensidy menuturkan dua faktor penyebab runtuhnya IHSG hari ini adalah perubahan peringkat saham MSCI Indonesia menjadi underweight dan pembentukan Danantara.

"Ada dua faktor [pelemahan IHSG] yaitu Indonesia mengalami underweight di update Morgan Stanley terakhir, dan kekhawatiran dan skeptisisme investor terhadap prospek Danantara," kata Budi, Selasa (25/2/2025). 

Sementara itu, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menjelaskan pelemahan IHSG hari ini berkaitan dengan beberapa faktor, salah satunya adalah turunnya peringkat Indonesia menjadi underweight oleh Morgan Stanley. 

"Selain itu, ada antisipasi perubahan arus dana yang juga disebabkan oleh penerapan tarif dagang dan kebijakan strategi proteksi di Amerika Serikat oleh Trump," ujar Aria dihubungi terpisah.

Berbeda dengan Budi, Aria menuturkan pelemahan IHSG hari ini tidak berkaitan langsung dengan pembentukan Danantara.

"Pelemahan IHSG tidak ada hubungannya langsung dengan pembentukan Danantara, walaupun waktunya seolah bertepatan. Sebab penurunan IHSG sudah dimulai sejak Agustus 2024 sampai sekarang," ucapnya.

Sebagaimana diketahui, Morgan Stanley memangkas peringkat saham MSCI Indonesia dari equal weight menjadi underweight dalam riset terbarunya.

“Tren return on equity kini lebih menguntungkan China, terutama karena upaya perbaikan sektor-sektor dengan bobot besar dalam indeks, sementara Indonesia menghadapi hambatan pertumbuhan,” tulis Equity Strategist Morgan Stanley Jonathan Garner lewat riset dikutip, Selasa (25/2/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper