Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim, PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) mengalami reli dan semakin mendekati level tertinggi sepanjang sejarah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham emiten data center itu melesat 9.325 poin atau 19,97% ke level Rp56.025 per saham pada hari ini, Rabu (19/2/2025), hingga pukul 14.00 WIB.
Di level itu, DCII sudah melonjak 33,07% dari posisi Rp42.100 per saham pada akhir 2024. Sejak IPO di level harga Rp420, saham DCII saat ini mencerminkan lonjakan 13.239,28%.
Adapun, rekor tertinggi (all time high/ATH) saham DCII sejak listing di BEI pada 6 Januari 2021 disentuh pada level Rp59.000 per saham pada 16 Juni 2021.
Lonjakan saham DCII terjadi setelah Chied Executive Officer (CEO) DCI Indonesia Otto Toto Sugiri menyampaikan tengah menjajaki peluang untuk melakukan pemecahan nilai saham atau stock split.
"Sedang kami jajaki [untuk stock split]," kata Toto di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Di sisi kinerja operasional, DCII sedang fokus menyelesaikan pembangunan pusat data atau data center di Surabaya, Jawa Timur. Pembangunan data center ini diperkirakan membutuhkan biaya sekitar US$72 juta atau setara Rp1,16 triliun (kurs Jisdor Rp16.208 per dolar AS).
Toto Sugiri mengatakan saat ini DCII tengah menyelesaikan tambahan data center dengan kapasitas 9 Megawatt (MW) di Surabaya. Pembangunan data center ini ditargetkan selesai pada awal tahun depan.
"Kami sedang lakukan piling. Mungkin awal tahun depan bisa selesai," kata Toto ditemui di IDE Katadata 2025, Selasa (18/2/2025).
Dia melanjutkan, dengan kapasitas sebesar 9 MW ini, nantinya kapasitas pusat data DCII di Surabaya bisa ditingkatkan ke depannya.
"Kapasitas bisa bertambah lagi, masih butuh waktu. Tapi paling tidak kami sudah taruh footprint di Surabaya dulu," ujar Toto.
Toto juga menuturkan hadirnya pusat data DCII di Surabaya ini agar DCII bisa melayani konsumen dan klien di lokasi tersebut. Selain pembangunan data center di Surabaya, Toto juga menuturkan DCII tengah menyelesaikan pembangunan data center berkapasitas 36 MW di Cibitung.
Adapun Toto melihat permintaan data center di Indonesia cukup besar. Dengan mempertimbangkan jumlah penduduk Indonesia sebesar 270 juta penduduk, menurut Toto, Indonesia membutuhkan data center dengan kapasitas 2.700 MW.