Bisnis.com, JAKARTA — Terdapat saham-saham pemberat yang membuat indeks LQ45 dan SMC Liquid mencatatkan kinerja yang jauh lebih buruk dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah menilai bahwa ada saham-saham pemberat yang performanya kurang baik, membuat kinerja indeks tersebut menurun.
"Untuk indeks LQ45 yang menjadi pemberatnya adalah saham BBCA, BMRI, TLKM, AMMN yang memiliki bobot besar terhadap indeks tersebut, namun performanya masih negatif sepanjang 2025," katanya kepada Bisnis, Selasa (4/2/2025).
Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa untuk indeks SMC Liquid, untuk periode 5 November 2024-4 Februari 2025, untuk saham-saham yang memiliki bobot di atas 3%, mayoritas mengalami penurunan yang cukup sigifikan.
"Sebagai contoh HEAL, INTP dan SMGR beberapa saham dalam indeks tersebut turun lebih dari 12% sejak awal tahun," ujarnya.
Menurutnya, untuk saham blue chips yang tergabung dalam indeks LQ45, mayoritas juga terdampak dari terjadinya outflow dalam beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga
Dia menjelaskan apabila inflow mulai membaik, maka saham-saham blue chips terutama perbankan akan mendapatkan efek yang positif dalam jangka pendek.
Adapun menurutnya, potensi kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun lalu, juga akan menjadi salah satu indikator penting untuk saham-saham yang tergabung dalam LQ45 dan SMC Liquid.
Seperti diketahui, indeks LQ45 dan SMC Liquid yang mencerminkan saham dengan likuiditas tinggi dan aktivitas perdagangan terbesar, mencatatkan kinerja yang jauh lebih buruk dibanding IHSG.
Sejak awal 2025, indeks SMC Liquid yang berisi saham-saham lapis kedua dengan kapitalisasi menengah, mencatat penurunan tajam 6,62% secara year to date (YtD), lebih dalam dibandingkan IHSG yang hanya turun 0,7% YtD.
Adapun pada tahun lalu, indeks SMC Liquid juga menjadi yang terburuk dengan koreksi 8,24%, pada saat IHSG turun 2,65%.
Sementara itu, indeks LQ45 yang merupakan kumpulan saham-saham paling likuid di bursa, juga tidak menunjukkan kinerja yang baik.
Pada tahun lalu, indeks ini mencatat penurunan 14,83% YtD, jauh lebih buruk dibandingkan IHSG. Lalu, LQ45 juga masih bergerak dalam tren negatif, dengan koreksi 1,84% YtD hingga Senin (3/2/2025).
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.