Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Tinggi di Pasar Saham, Analis: Investor Harus Minimalkan Bias

Analis mengingatkan investor untuk melihat seluruh aspek secara utuh menghadapi ketidakpastian yang tinggi pada awal tahun ini.
Pegawai beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) saat penutupan perdagangan saham 2024 di Jakarta, Senin (30/12/2024)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) saat penutupan perdagangan saham 2024 di Jakarta, Senin (30/12/2024)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian masih mendominasi pasar pada awal 2025, sehingga membuat investor kehilangan arah. Meski begitu, analis menyarankan investor untuk melihat seluruh aspek secara utuh.

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengatakan bahwa kondisi global dan domestik saat ini sangat dinamis dan berubah dengan cepat. Dengan pergerakan seperti itu, menurutnya, investor rentan melakukan kesalahan dalam menafsirkan serta memilah informasi.

"Walaupun terkadang sulit, sebagai investor kita tetap berupaya melihat segala aspek secara utuh dan meminimalkan bias, sehingga kita dapat tetap mengacu pada potensi dan katalis jangka menengah-panjang dibandingkan distraksi dan hambatan jangka pendek," katanya dalam keterangan resmi, Senin (13/1/2025).

Dia menjelaskan pada kuartal pertama dan kuartal ketiga 2024, pasar terlalu optimistis melihat moderasi ekonomi Amerika Serikat (AS) akan terjadi, yang berujung pada ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih agresif.

"Ini adalah periode dominasi bias greed di mana pasar sangat yakin bahwa hal-hal yang diharapkan pasti segera terjadi," ujarnya.

Sebaliknya, dia mengungkap bahwa di kuartal kedua dan kuartal keempat 2024, pesimisme melanda pelaku pasar yang dipengaruhi data ekonomi AS yang kuat dikombinasikan dengan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS. 

Menurutnya, saat itu pasar dipengaruhi bias ketakutan melihat dan memperkirakan semua hal yang terburuk akan segera terjadi. Bias greed atau bias fear secara bersamaan biasanya juga diikuti oleh bias ketiga selective attention.

Dia menjelaskan bahwa selective attention yaitu kecenderungan untuk fokus pada elemen tertentu dan mengabaikan hal lainnya, dalam hal ini adalah fakta bahwa secara global, inflasi tetap dalam tren penurunan, seiring siklus ekonomi global yang juga sedang dalam periode moderasi.

Padahal, Freddy mengingatkan ada sentimen positif di pasar saham tahun ini seperti pemangkasan suku bunga The Fed dan BI Rate yang masih berlanjut.

Selanjutnya, potensi perbaikan daya beli masyarakat apabila didukung implementasi kebijakan yang tepat sasaran dan harapan kebijakan kebijakan Trump 2.0 yang tidak menimbulkan disrupsi global semenakutkan yang diperkirakan sebelumnya. 

"Kesemuanya ini dapat menjadi katalis baik bagi pasar saham maupun pasar obligasi," tambahnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper