Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) terus melaksanakan intervensi pasar terutama usai kurs rupiah terus tersungkur. Terbaru, rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.312 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (19/12/2024).
Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Fitra Jusdiman menyatakan pihaknya terus memantau nilai tukar rupiah secara khusus dan mata uang negara lain secara umum.
"Sebagai dampak dari keputusan dan arah kebijakan Fed [Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat] semalam," ujar Fitra kepada Bisnis, Kamis (19/12/2024).
Bank Indonesia, sambungnya, juga tidak pasif memantau pasar keuangan global. Oleh sebab itu, Fitra menyatakan Bank Indonesia selalu melakukan upaya stabilisasi secara terukur dan terus-menerus.
"Antara lain melalui intervensi di spot, DNDF, dan pembelian SBN [Surat Berharga Negara] di pasar sekunder," ungkapnya.
Spot sendiri merujuk kepada jenis pasar keuangan di mana transaksi jual beli instrumen keuangan seperti mata uang, saham, komoditas, atau obligasi dilakukan untuk penyelesaian segera atau secara langsung.
Sementara itu, DNDF atau Domestic Non-Deliverable Forward merupakan instrumen keuangan berupa kontrak berjangka valuta asing yang diperdagangkan di pasar domestik, tetapi penyelesaian transaksinya diselesaikan dalam bentuk selisih harga dalam mata uang lokal.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 1,34% atau 215 poin ke posisi Rp16.312 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat tipis 0,01% ke posisi 107,765.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 1,16%, yuan China yang melemah sebesar 0,18%, won Korea melemah 0,93%, baht Thailand melemah 0,27%, ringgit Malaysia melemah 0,77%, rupee India melemah 0,14%, dan dolar Taiwan melemah sebesar 0,64%.
Sementara itu mata uang yang menguat di antaranya dolar Singapura menguat sebesar 0,17%, peso Filipina menguat 0,03% dan dolar Hong Kong menguat 0,02%.