Bisnis.com, JAKARTA — Tren transisi energi baru terbarukan (EBT) diproyeksi menjadi sentimen positif bagi perusahaan di sektor tersebut untuk menggalang dana melalui aksi penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Di pasar modal Indonesia, korporasi sektor EBT berskala besar marak terjadi pada 2023 dengan aksi go public PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal Hans Kwee mengatakan tren global dan komitmen pemerintah Indonesia dalam mendorong pengembangan energi terbarukan akan menjadi sentimen positif bagi perusahaan EBT yang akan go public. Tren tersebut, lanjutnya, bisa menjadi daya tarik bagi investor terhadap IPO perusahaan energi terbarukan.
“IPO perusahaan energi terbarukan cenderung akan diminati investor mengingat prioritas pemerintah Indonesia dan global dalam mendorong lingkungan berkelanjutan termasuk salah satunya melalui penggunaan energi ramah lingkungan,” kata Hans Kwee, Rabu (11/12/2024).
Hans Kwee menyarankan agar investor melihat pipeline dan profil perusahaan energi terbarukan yang akan IPO. Pasalnya, setiap jenis energi hijau memiliki karakteristik dan tantangan berbeda.
Dia mencontohkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) cenderung membutuhkan investasi dan biaya perawatan/pemeliharaan yang cukup besar. Pembangkit listrik tenaga arus laut juga memiliki banyak tantangan. Energi angin (bayu) juga relatif tidak stabil karena bergantung pada kecepatan angin.
"Akan tetapi, ujungnya adalah profit untuk kita melihat prospek perusahaan energi terbarukan.”
Komitmen pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan sejalan dengan target karbon netral (net zero emission) pada 2060 atau lebih cepat.
Pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi bersih 23% pada 2025 dan 40% pada 2030. Adapun dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024–2033, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membidik target bauran energi bersih minimal 60%.
Target ambisius itu sejalan dengan melimpahnya potensi EBT di Indonesia yang mencapai 3.687 GW per semester II/2024, termasuk potensi tenaga surya 3.294 GW, tenaga angin (bayu) 155 GW, hidro 95 GW, tenaga arus laut 63 GW, dan potensi tenaga panas bumi 23 GW.
Sebelumnya, Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menilai bahwa IPO perusahaan energi terbarukan akan diminati para investor karena berbagai sentimen positif terhadap sektor industri ini yang mendapatkan dukungan dari berbagai stakeholder, terutama pemerintah.
Oktavianus juga memproyeksikan bahwa beberapa perusahaan energi terbarukan akan melantai di bursa untuk mendapatkan tambahan modal. Proyeksi itu didasari banyak perusahaan yang sudah masuk ke bisnis yang berkelanjutan.