Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Goldman Sachs & Morgan Stanley Bikin Dana Asing Jauhi RI

Goldman Sachs serta Morgan Stanley telah menurunkan peringkatnya atas pasar saham Indonesia yang berdampak terhadap aliran dana asing.
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan investasi global Goldman Sachs serta Morgan Stanley telah menurunkan peringkatnya atas pasar saham Indonesia. Pandangan negatif itu dinilai akan kian mendorong larinya dana asing dari pasar saham Indonesia.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia masih mencatatkan larinya dana asing dengan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp332,36 miliar pada perdagangan hari ini, Selasa (11/3/2025).

Sementara, dalam sebulan perdagangan terakhir, tercatat net sell asing di pasar saham Indonesia sebesar Rp14,6 triliun. Kemudian, net sell asing mencapai Rp23,52 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Tercatat, sederet saham banyak dilego asing pada awal 2025. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp6,6 triliun sepanjang 2025.

Lalu, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp5,02 triliun sepanjang 2025. Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp2,66 triliun sepanjang 2025.

Selain saham bank jumbo, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencatatkan Rp1,46 triliun sepanjang 2025.

Seiring dengan larinya dana asing, indeks harga saham gabungan (IHSG) pun bergerak lesu. IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0,79% atau 52,36 poin ke level 6.545,85 pada perdagangan hari ini, Selasa (11/3/2025). IHSG pun melorot 7,54% ytd.

Larinya dana asing dinilai akan semakin bertambah seiring dengan adanya penilaian negatif dari perusahaan investasi global. Goldman Sachs misalnya menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight.

Goldman Sachs menilai pasar Indonesia mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh sejumlah faktor. Salah satu faktor adalah kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan melemahnya ekonomi domestik yang telah membuat investor lari dari pasar.

Morgan Stanley juga telah memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight dalam riset terbarunya.

Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya menilai investor telah merespon negatif dari revisi turun peringkat saham di Indonesia oleh Goldman Sachs. Sebelumnya, pemangkasan peringkat juga disampaikan oleh Morgan Stanley.

"Penurunan peringkat berpotensi memicu aksi sell-off khususnya oleh investor asing dan dapat berlanjut untuk beberapa waktu ke depan," kata Valdy dalam risetnya pada Selasa (11/3/2025).

Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan Bursa melakukan berbagai upaya untuk meredam larinya dana asing atau outflow asing. Salah satu langkah adalah rutin melakukan roadshow ke beberapa negara yang menjadi sumber investor asing.

"Kami secara rutin melakukan roadshow ke beberapa negara yang jadi sumber investor asing kami, untuk memberikan informasi yang tepat, yang benar terkait kondisi pasar kita, agar mereka bisa kembali investasi di Indonesia," kata Jeffrey pada akhir bulan lalu (28/2/2025) di Gedung BEI.

Selain itu, Bursa melakukan pendalaman dari sisi investor dengan terus mendorong pertumbuhan investor domestik. "Agar basis investor domestik lebih kuat. Agar pasar lebih stabil saat kondisi dana asing keluar atau masuk," tutur Jeffrey.

Menurutnya, dengan basis investor domestik yang kuat, pasar lebih stabil dan lebih kuat dalam menghadapi keluarnya dana asing. "Bila investor domestik basisnya lebih kuat lagi, dana asing sedikit gejolaknya. Pasar juga jadi lebih agile, lebih sustain hadapi gejolak di keadaan global," ujar Jeffrey.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper