Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) memastikan perseroan bakal membagikan dividen kepada pemegang saham untuk tahun buku 2024.
Pembagian dividen itu dilakukan di tengah tren koreksi harga saham PGEO yang berlanjut sampai awal tahun ini, minus 5,71% di bawah harga saat penawaran umum perdana saham atau IPO pada 24 Februari 2023 lalu.
Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio membeberkan dividend payout ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen untuk tahun buku 2024 diperkirakan berada di rentang 80% sampai dengan 90%.
Hanya saja, Yurizki menambahkan, manajemen masih berhitung ihwal alokasi dana untuk program dividen tersebut.
“Tahun-tahun lalu kita bilang rasio dividen 78%, tahun ini kita sekarang lagi mengkaji mungkin dividend payout ratio kita di antara 80% sampai 90%, tergantung kebutuhan kasnya,” kata Yurizki saat temu media, Senin (10/3/2025).
Yurizki memastikan PGEO saat ini memiliki posisi arus kas yang kuat dengan kas setara sekitar US$657,6 juta dan posisi liabilitas yang relatif susut secara tahunan.
Baca Juga
Di sisi lain, PGEO masih mencatat dana IPO yang belum terserap sekitar Rp4,47 triliun. Sisa dana itu ditempatkan dalam bentuk deposito dolar Amerika Serikat (AS) sebesar US$200 juta dengan tingkat suku bunga 6,05% di PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
Sisanya, sebesar US$76.769.607 ditempatkan dalam bentuk deposito dengan tingkat suku bunga 5,71% di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Kendati demikian, dia menggarisbawahi, perseroannya turut mengalokasikan sebagian kas untuk rencana pengembangan proyek organik panas bumi yang masuk ke dalam portofolio perusahaan.
“Untuk tahun ini mungkin dari dana tersebut kita akan fokuskan dulu kepada kebutuhan internal, terutama untuk organic development, pengembangan proyek-proyek kita,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, konsensus analis memperkirakan laba bersih PGEO tumbuh terbatas pada tahun 2024.
Berdasarkan konsensus 5 analis yang dihimpun Bloomberg, estimasi perkiraan laba PGEO berada di level US$165,40 juta sepanjang 2024, naik tipis 1,1% dari posisi laba bersih tahun 2023 di level Rp163,59 juta.
Perkiraan laba itu turut didorong penurunan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dari US$375,8 juta pada 2023 menjadi US$340,25 juta pada tahun 2024.
Selain itu, konsensus Bloomberg memperkirakan, pendapatan operasi dari PGEO ikut susut ke level US$231 juta pada tahun ini, terkoreksi 5% dari posisi tahun sebelumnya di angka US$243 juta.
Dalam riset terbarunya, INA Sekuritas menyematkan rekomendasi buy untuk PGEO dengan target harga Rp1.230 per saham. INA beralasan, PGEO saat ini memiliki posisi arus kas yang kuat dengan kas setara US$657,6 juta dan posisi liabilitas yang susut.
“PGEO punya target yang ambisius, dengan membidik kapasitas listrik 1 gigawatt (GW) pada 2026, dengan tambahan sekitar 600 megawatt (MW) 5 tahun mendatang,” tulis analis INA Sekuritas lewat riset dikutip, Jumat (7/3/2025).
Selain itu, analis INA menambahkan, PGEO turut menargetkan penyelesaian proyek ekspansi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 paruh pertama tahun ini.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.