Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.845 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan, Jumat (6/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan menguat 0,11% atau 17 poin ke posisi Rp15.845 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau naik 0,03% ke posisi 105,74.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami tren penguatan. Dolar Hong Kong misalnya menguat 0,03%, dolar Singapura menguat 0,01%, dolar Taiwan menguat 0,05%, peso Filipina menguat 0,24%, yuan China menguat 0,01%, serta baht Thailand menguat 0,48%.
Sementara, yen Jepang serta won Korea Selatan melemah masing-masing 0,1% serta 0,26%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Dari luar negeri, fokus tertuju pada data penggajian nonpertanian utama AS untuk November. Data tersebut kemungkinan akan menjadi faktor dalam prospek penurunan suku bunga.
Data penggajian nonpertanian utama AS diproyeksikan menunjukkan peningkatan tajam dalam pertumbuhan penggajian seiring dengan gangguan akibat aktivitas badai menghantam pasar tenaga kerja.
Baca Juga
Sementara, Ketua The Fed Jerome Powell baru-baru ini mengisyaratkan kekuatan dalam ekonomi AS, tetapi mengatakan bahwa hal itu juga memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertimbangkan pemangkasan lebih lanjut.
Kemudian, pasar Asia bersiap menghadapi banjir data China pekan depan dengan fokus akan tertuju pada Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) tahunan China. CEWC akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang langkah-langkah stimulus dan prospek ekonomi China.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan, cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2024 tercatat sebesar US$150,2 miliar. Angka tersebut sedikit menurun dari posisi bulan sebelumnya yang senilai US$151,2 miliar. Penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sementara itu, posisi ini juga masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Adapun, pada perdagangan pekan depan, Senin (9/12/2024) mata uang rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp15.800 - Rp15.850.