Bisnis.com, JAKARTA — Emiten restoran pengelola jaringan KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) mengakui bahwa isu boikot Israel berdampak signifikan pada kinerja perseroan.
Direktur FAST Wahyudi Martono mengatakan bahwa isu boikot sejauh ini melanda produk-produk asal Amerika, dan KFC juga ikut terdampak karena berasal dari Amerika.
"Seruan boikot itu memang kita alami. Meskipun kita tidak terdaftar di dalam produk yang diboikot, tetapi karena KFC merupakan produk Amerika, kita juga sangat terdampak. Bukan terdampak saja, tapi sangat terdampak," katanya dalam Public Expose FAST, Jumat (29/11/2024).
Dia menjelaskan bahwa daerah-daerah yang paling terdampak isu boikot tersebut seperti gerai di Jawa Barat khususnya di Bandung, Aceh, Padang, dan Pekanbaru.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa sikap perseroan dalam menghadapi isu boikot ini bukan dengan melawan, tetapi berempati terhadap konflik di Timur Tengah.
"Contohnya, kita sangat aktif dengan kegiatan kemanusiaan, di mana kita juga berpartisipasi sebagai donator. Kita juga berpartisipasi sebagai perusahaan yang membuka atau mensponsori dapur umum di daerah-daerah pengungsi di Timur Tengah untuk para pengungsi Palestina," ujarnya.
Baca Juga
Selain itu, dia menjelaskan bahwa untuk kegiatan yang dilakukan di Indonesia, KFC melakukan gerakan Jumat berkah di berbagai daerah.
"Yaitu pembagian KFC pada hari Jumat untuk daerah-daerah yang kita pilih untuk melakukan Jumat Berkah. Kemudian kegiatan-kegiatan perusahaan terhadap Parti Asuhan juga masih berlangsung," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) membukukan rugi bersih Rp557,08 miliar hingga kuartal III/2024.
Kerugian tersebut berimbas terhadap keputusan perusahaan yang pada akhirnya menetapkan untuk menutup sebanyak 47 gerai KFC hingga September 2024, di antaranya 3 gerai di Sulawesi, 1 gerai di Bali, 39 gerai di Jawa dan 4 gerai di Sumatera.
Adapun di dalam paparan FAST dalam Public Expose, tercatat bahwa perusahaan saat ini mengoperasikan 715 gerai restoran hingga 30 September 2024, dari sebelumnya 762 gerai pada 31 Desember 2023.
Adapun penutupan gerai tersebut berimbas terhadap efisiensi karyawan sebanyak 2.274 orang. Saat ini ada sebanyak 13.715 karyawan hingga 30 September 2024, dari 15.989 karyawan pada 31 Desember 2023.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.