Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp15.712 per Dolar AS

Rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.712 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (1/11/2024).
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.712 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (1/11/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan turun 0,09% atau 14,5 poin ke posisi Rp15.712 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,04% ke posisi 103,837.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,12%, dolar Singapura melemah sebesar 0,13%, baht Thailand melemah 0,00%, dan yuan China melemah 0,05%.

Kemudian, peso Filipina melemah 0,27%, rupee India melemah 0,00%, dan won Korea melemah 0,08%. Sementara itu, dolar Hong Kong menguat 0,01%, ringgit Malaysia menguat 0,06%, dan dolar Taiwan menguat 0,09%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi telah memprediksi bahwa untuk perdagangan Jumat (1/11) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun akan ditutup menguat direntang Rp15.690-Rp15.760.

Pada perdagangan kemarin (31/10) mata uang rupiah ditutup menguat tipis 1 point sebelumnya sempat menguat 5 point di level Rp15.703 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.704.

Ibrahim mengatakan bahwa gonjang-ganjing tentang pertumbuhan ekonomi era Prabowo-Gibran sebesar 8%, membuat polemik di pasar.

Menurutnya, hal ini karena IMF sendiri hanya memasang target pertumbuhan ekonomi periode Prabowo-Gibran hanya di 5,2%. Apalagi saat ini tensi geopolitik begitu dominan serta melambatnya ekonomi China.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pemerintah sendiri merasa optimis dengan angka tersebut membuat kabinet merah putih bekerja keras agar bisa mencapai target tersebut dan bukan hal yang mustahil untuk dicapai.

"Kalau kita lihat ke belakang, Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 8%. pada tahun 1995 bahkan pertumbuhan ekonomi RI mencapai 8,2%," katanya dalam keterangan tertulis.

Menurut Ibrahim, agar bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di level 8% Indonesia bisa belajar dari berbagai capaian dan situasi perkembangan perekonomian dunia yang hari ini belum kembali normal masih terdapat dampak dari long Covid-19. Pertumbuhan ekonomi dunia belum kembali seperti era sebelum Covid-19 sekarang masih rata-rata di 3%.

Untuk itu, menurutnya pemerintah perlu menggali potensi sumber ekonomi baru seperti, adaptasi teknologi dan inovasi agar RI bisa lolos dari jebakan middle income trap dan bisa mencapai pendapatan di atas pendapatan menengah.

Adapun dari sisi global, baru-baru ini, pembacaan ekonomi telah menunjukkan pasar kerja dan ekonomi yang tangguh, memacu para pedagang untuk mengurangi taruhan mereka pada pemotongan suku bunga. 

Ibrahim mengatakan bahwa baik dolar maupun imbal hasil obligasi AS juga telah didukung dalam beberapa hari terakhir oleh meningkatnya spekulasi di pasar dan pada beberapa platform taruhan tentang kemenangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 5 November untuk kandidat Republik Donald Trump, yang sangat menentang kubu Demokrat Kamala Harris.

Sementara itu di Timur Tengah, Perdana Menteri Lebanon menyatakan harapannya  bahwa kesepakatan gencatan senjata dengan Israel akan diumumkan dalam beberapa hari karena lembaga penyiaran publik Israel menerbitkan rancangan perjanjian yang menyediakan gencatan senjata awal selama 60 hari.

Dorongan untuk gencatan senjata bagi Lebanon terjadi bersamaan dengan upaya diplomatik serupa untuk mengakhiri permusuhan di Gaza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper