Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (8/8/2024), dan menembus level Rp15.988 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,29% atau 47 poin ke level Rp15.988. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,9% ke level 103,09.
Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia pun dibuka menguat. Yen Jepang misalnya menguat 0,15%, dolar Hong Kong menguat 0,07%, dan dolar Taiwan menguat 0,1%.
Mata uang lainnya yang dibuka menguat adalah dolar Singapura 0,05%, India rupee 0,01%, dan baht Thailand 0,08%.
Adapun, yuan China melemah 0,06%, peso Filipina dibuka melemah 0,1%, serta won Korea Selatan yang melemah 0,2%.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan pada perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif, tetapi ditutup menguat pada rentang Rp15.980-Rp16.050 per dolar AS.
Baca Juga
Terdapat sejumlah sentimen yang akan memengaruhi fluktuasi rupiah. Dari luar negeri, para trader saat ini mengharapkan pelonggaran suku bunga sebesar 110 basis poin (bps) tahun ini dari The Fed.
CME FedWatch Tools memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga 50 bps hampir 70% pada bulan September, turun dari 85% dari awal pekan ini.
Para pembuat kebijakan bank sentral AS pada hari Senin menolak anggapan bahwa data pekerjaan Juli yang lebih lemah dari perkiraan berarti ekonomi sedang dalam resesi. Akan tetapi, pembuat kebijakan Bank Sentral AS juga memperingatkan bahwa Fed perlu memangkas suku bunga untuk menghindari hasil seperti itu.
Sementara itu, wakil Gubernur Bank of Japan (BoJ) Shinichi Uchida mengatakan BoJ tidak akan menaikkan suku bunga saat pasar tidak stabil. Komentarnya memicu optimisme bahwa suku bunga Jepang tidak akan naik setajam yang awalnya diperkirakan oleh bank.
BOJ telah menaikkan suku bunga minggu lalu dan mengisyaratkan kenaikan lebih lanjut tahun ini, dengan perubahan sikap agresif yang tak terduga menjadi beban utama di pasar Jepang.
Dari dalam negeri, sentimen datang dari cadangan devisa Indonesia per akhir Juli 2024. Bank Indonesia menyebutkan cadangan devisa Indonesia di akhir Juli 2024 sebesar US$145,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024 sebesar US$140,2 miliar.
"Kenaikan posisi cadangan devisa ini terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," kata Ibrahim.
Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai sehingga dapat terus mendukung ketahanan sektor eksternal.