Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham IPO Boncos Melulu, Berdampak ke Listing Semester II 2024

Mayoritas saham yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau initial public offering (IPO) mencatatkan koreksi harga signifikan alias boncos
Ilustrasi foto harga saham mengenai karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/7/2024).  Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Ilustrasi foto harga saham mengenai karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/7/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas saham yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau initial public offering (IPO) mencatatkan koreksi harga signifikan alias boncos sepanjang semester I/2024.

Para analis memproyeksikan tren pencatatan saham perdana atau IPO masih akan lesu pada semester II/2024, seiring dengan pengaruh dari berbagai sentimen baik dari domestik maupun global.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, totalnya ada 25 saham baru yang melantai di BEI sejak awal tahun, dari periode 5 Januari hingga 10 Juni 2024. Kendati demikian, ada 14 saham yang mengalami penurunan harga, 1 saham stagnan, dan 10 saham sisanya menguat.

Mayoritas saham baru tersebut tercatat di papan pengembangan, berikutnya ada dua saham yang masing-masing tercatat di papan utama dan akselerasi. Sementara itu, satu saham lainnya tercatat di papan pemantauan khusus, yakni PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA).

"Kami melihat lesunya tren IPO ini akan berlangsung hingga semester II/2024 seiring dengan masih akan tertahannya suku bunga acuan di level tinggi untuk jangka waktu yang lebih panjang," ujar Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi kepada Bisnis, Selasa (2/7/2024).

Adapun, Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5%, dan mengisyaratkan hanya ada satu kali pemangkasan tahun ini. Begitu pun dengan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga di level 6,25%.

Menurut Audi, pada akhirnya emiten yang IPO saat ini cenderung berkapitalisasi pasar sedang hingga kecil, karena kekhawatiran emiten jumbo saat ini akan tidak terserapnya target pendanaan dari IPO oleh investor jika memaksakan pada kondisi sekarang ini.

Mengacu data RTI pada Selasa (2/7/2024), IHSG melemah 0,20% ke level 7.125,14, sedangkan secara year-to-date (YtD) IHSG juga terkoreksi 2,03%. Investor asing pun masih mengakumulasikan net sell sebesar Rp7,54 triliun secara YtD per 1 Juli 2024.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho menambahkan tren penggalangan dana korporasi melalui IPO saham diprediksi baru akan ramai pada tahun depan atau 2025.

Pasalnya, menurut dia untuk saat ini perusahaan akan wait and see terlebih dahulu sembari menunggu transisi pemerintahan baru. Adapun, Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan dilantik pada Oktober 2024.

"Bisa jadi calon emiten masih wait and see, sambil menunggu kebijakan-kebijakan pemerintah baru nanti di bidang ekonomi akan seperti apa," ujar Adityo kepada Bisnis.

IPO Saham di BEI
IPO Saham di BEI

Saham yang Bakal IPO Semester II 2024

Berdasarkan data pipeline BEI hingga 25 Juni 2024, terdapat 31 perusahaan yang antre untuk melakukan IPO dan sedang dalam tahap evaluasi oleh BEI.

Sebagian besar calon emiten yang antre dalam pipeline IPO itu memiliki aset berskala menengah. Adapun, sebanyak 8 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp250 miliar yang antre IPO, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki aset skala kecil di bawah Rp50 miliar.

Sementara itu, 17 perusahaan lainnya memiliki aset skala menengah di antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar yang masih antre untuk listing di Bursa.    

Alhasil, BEI pun menyampaikan akan terus berupaya agar emiten-emiten berkualitas dengan prospek bisnis yang positif dapat melantai di pasar modal. Hingga akhir 2024, BEI menargetkan ada 62 emiten yang mencatatkan saham perdana di pasar modal, termasuk tiga perusahaan lighthouse atau mercusuar.

Saham IPO Marak Terkoreksi
Saham IPO Marak Terkoreksi

Deretan Saham IPO yang Boncos

Perlu diketahui, mayoritas saham emiten baru mencatatkan koreksi harga signifikan, bahkan hingga turun -80% sepanjang semester I/2024. Dari 25 emiten baru, hanya ada 10 saham yang menguat.

Adapun, saham yang mencatatkan penurunan harga paling dalam yakni PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk. (MPIX) yang ambles -80,60% ke level Rp52 per saham per 1 Juli 2024, dari harga IPO di level Rp268 pada 7 Februari 2024. Kala itu, MPIX meraup dana IPO Rp83,75 miliar.

Selanjutnya, PT Bersama Mencapai Puncak Tbk. (BAIK) atau Ayam Goreng Nelongso juga mencatatkan koreksi -80,22% dari harga IPO Rp278 pada 15 Februari 2024, ke posisi Rp55 per saham pada 1 Juli 2024. BAIK meraih dana hasil IPO sebesar Rp62,55 miliar.

PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk. (SMLE) juga terkoreksi -68% dari harga IPO Rp175 per saham ke pada 10 Januari ke posisi Rp56 per saham per 1 Juli. Disusul saham PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) yang ambles -60,65% ke posisi Rp133 per saham.  

Berturut-turut, PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA), PT Griptha Putra Persada Tbk.(GRPH), dan PT Topindo Solusi Komunika Tbk. (TOSK) mencatatkan pelemahan masing-masing sebesar -58,18%, -51,46%, dan -51,20%.

-----------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper