Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Sesi I Tertekan Saham BBCA, AMMN, GOTO, BREN, Rupiah Anjlok

IHSG melemah seiring tekanan saham BREN bersama sejumlah saham big caps lainnya seperti BBCA, AMMN, GOTO, dan rupiah anjlok tertekan dolar AS.
Annisa Kurniasari Saumi,Artha Adventy
Kamis, 30 Mei 2024 | 12:24
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - IHSG melemah seiring dengan anjloknya saham emiten Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) bersama sejumlah saham big caps lainnya seperti BBCA, AMMN, GOTO. Di sisi lain, rupiah anjlok tertekan dolar AS.

IHSG anjlok 1,32% atau 94,01 poin menjadi 7.046,21 per pukul 12.00 WIB atau sesi I perdagangan Kamis (30/5/2024). Sepanjang sesi pagi ini, indeks bergerak di rentang 6.984,97-7.140,77.

IHSG turun seiring dengan merosotnya saham BREN. Saham BREN terpantau anjlok 10 poin atau 9,88% menjadi Rp9.125.

Selain itu, saham big caps lainnya yang turut menekan IHSG ialah BBCA turun 0,55%, AMMN 6,63%, GOTO 4,23%, ASII 2,02%, dan BBNI 0,66%. Saham big caps yang naik ialah BBRI 0,45%, BMRI 0,43%, TPIA 1,09%.

Kemarin, IHSG ditutup anjlok 1,56% atau 113,39 poin ke level 7.140,2. Saham-saham milik Prajogo Pangestu seperti BREN, BRPT, CUAN, dan PTRO turun ke zona merah.

Hal itu terjadi seiring dengan masuknya dalam BREN ke Papan Pemantauan Khusus dengan mekanisme full call auction. Adapun, saham BREN memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Saham BREN jatuh menyentuh batas bawah 10% ke level Rp10.125 per saham kemarin. Sejak awal perdagangan saham BREN sudah auto rejection bawah (ARB)

Saham BREN sendiri telah naik 1.198% sejak melantai di Bursa Efek Indonesia September 2023 lalu. BREN melantai di Bursa dengan harga Rp780 per saham.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengatakan anjloknya saham BREN adalah reaksi jual sebagai respons negatif dari pasar. 

“Bukan karena BREN sebulan FCA lalu sebulan ARB terus. Sesekali pasti bisa rebound, dan ini hanya aksi jual sebagai respon negatif pasar saja,” kata William saat dihubungi, Rabu (29/5/2024). 

William menyebut aksi investor saat ini hanya akan terjadi dalam jangka pendek saja. Menurutnya, IHSG akan kembali bergerak sideways di rentang 7.000-7.180.

Sementara itu, tim riset Pilarmas Investindo Sekuritas menuturkan sentimen bagi IHSG juga datang dari eksternal yaitu kenaikan imbal Treasury AS bertenor 10 tahun. Imbal hasil Treasury AS tersebut naik hampir 10 basis poin menjadi 5,545% sehingga pelaku pasar menahan diri masuk ke aset keuangan saham.

Kenaikan imbal hasil tersebut merupakan dampak dari sikap petinggi The Fed, tepatnya Presiden Fed Minneapolis Kashkari yang mengatakan tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga tambahan jika tekanan inflasi muncul kembali.

Wall Street anjlok pada perdagangan Rabu (29/5/2024) seiring dengan lonjakan obligasi AS. Hal itu terjadi setelah sentimen Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Dow Jones turun 1,06% menjadi 38.441,54, S&P 500 turun 0,74% ke 5.266,95, dan Nasdaq turun 0,58% ke 16.920,58.

Saham-saham AS berada di zona merah pada hari Rabu, setelah lonjakan imbal hasil Treasury meresahkan investor yang sudah mempertimbangkan apakah data terbaru akan mengubah arah suku bunga The Fed.

Saham-saham melemah karena investor mempertimbangkan lonjakan imbal hasil obligasi AS setelah lelang utang pemerintah gagal, mencerminkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Sentimen The Fed membuat dolar AS melonjak sehingga menekan mata uang Asia lainnya, termasuk rupiah. Rupiah melemah 91,5 poin atau 0,57% menjadi Rp16.251,5 per dolar AS pada pukul 12.10 WIB.

Rupiah melemah bersama mata uang Asia lainnya seperti won Korea Selatan turun 0,91%, ringgit Malaysia 0,08%, baht Thailand 0,28%. Indeks dolar AS terpantau cenderung menguat ke level 105,143.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper