Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Jatuh Tempo Rp150,5 Triliun di 2024, Ada Risiko Gagal Bayar?

Lembaga Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan nilai jatuh tempo obligasi korporasi mencapai Rp150,5 triliun pada 2024.
Obligasi Jatuh Tempo Rp150,5 Triliun di 2024, Ada Risiko Gagal Bayar?
Obligasi Jatuh Tempo Rp150,5 Triliun di 2024, Ada Risiko Gagal Bayar?

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan nilai jatuh tempo obligasi korporasi mencapai Rp150,5 triliun pada 2024. Di lain sisi, masih terdapat risiko gagal bayar obligasi korporasi pada tahun ini.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto mengatakan pihaknya mencatat terdapat dua perusahaan yang mengalami gagal bayar pada tahun 2023 dengan total nilai penerbitan sebesar Rp5,11 triliun. Sehingga, Pefindo menurunkan peringkat surat utang terkait ke peringkat D.

Adapun, kedua perusahaan yang mengalami gagal bayar di tahun 2023 tersebut yaitu PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dengan total nilai penerbitan sebesar Rp4,71 triliun, dan PT Ricobana Abadi (RICO) yang tidak mampu memenuhi kewajiban membayar pokok pada MTN I Tahun 2017 senilai Rp400 miliar.

"Terkait kasus gagal bayar baru-baru ini, saya melihat lebih disebabkan pada memburuknya prospek bisnis di masing-masing perusahaan sehingga mereka sulit untuk mengumpulkan pendapatan dan memperbaiki arus kas," ujar Suhindarto kepada Bisnis, dikutip Minggu, (14/1/2024).

Menurutnya, memburuknya prospek bisnis perusahaan itu tak lepas dari prospek pembangunan infrastruktur dan pasar komoditas yang turun. Pasalnya, belanja pemerintah khususnya untuk infrastruktur cenderung turun selama pandemi, sehingga memengaruhi bisnis kontruksi pada tahun-tahun setelah pandemi.

Sementara itu, prospek komoditas pada tahun lalu dan awal 2024 tak lepas dari berakhirnya booming komoditas. Kenaikan agresif suku bunga untuk menekan tingkat inflasi berdampak pada pelemahan ekonomi global yang menekan permintaan komoditas dan pendapatan perusahaan di sektor terkait.

"Kami mengharapkan dampak gagal bayar tersebut terhadap aktivitas perdagangan dan penerbitan surat utang akan tetap kecil. Hal ini karena porsi surat utang tersebut relatif kecil dibandingkan dengan total outstanding, sehingga efeknya terhadap perdagangan relatif terbatas," katanya.

Terkait dengan penerbitan surat utang di 2024, Pefindo memproyeksikan penerbitan akan lebih banyak dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap penurunan suku bunga dan meningkatnya nilai surat utang yang jatuh tempo. Suku bunga yang diekspektasikan menurun akan berdampak pada biaya atau kupon surat utang dan prospek investasi bisnis.

Suhindarto mengatakan jika dilihat secara makroekonomi, Pefindo mengekspektasikan untuk risiko gagal bayar di tahun 2024 akan lebih baik daripada tahun lalu, dengan asumsi ketidakpastian mereda dan suku bunga diturunkan. Selain itu, kebutuhan pembiayaan kembali (refinancing) juga akan meningkat seiring banyaknya obligasi jatuh tempo.

"Kebutuhan refinancing di tahun ini akan meningkat seiring dengan nilai surat utang korporasi yang jatuh tempo diperkirakan akan dapat mencapai Rp150,5 triliun atau 18,6% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar Rp126,9 triliun," pungkasnya.

Secara terperinci, peringkat AAA akan banyak jatuh tempo pada 2024, dengan nilai Rp69,84 triliun atau sekitar 46,4% dari total nilai jatuh tempo. Diikuti peringkat A dan AA masing-masing sebesar Rp32,48 triliun dan Rp30,06 triliun. 

Sedangkan, peringkat BBB ke bawah nilainya cenderung lebih kecil di bawah 10 triliun, di antaranya yaitu BBB sebesar Rp7,86 triliun, BB sebesar Rp1,50 triliun, dan CCC senilai Rp1,36 triliun.

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper