Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PAM Mineral (NICL) Ancang-Ancang Akuisisi, Siapkan Rp390 Miliar

PT PAM Mineral Tbk. (NICL) tengah ancang-ancang mengakuisisi PT Sumber Mineral Abadi (SMA) dengan menyiapkan dana investasi Rp390 miliar.
PT PAM Mineral Tbk. (NICL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2024 seiring dengan peningkatan volume penjualan nikel.
PT PAM Mineral Tbk. (NICL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2024 seiring dengan peningkatan volume penjualan nikel.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan nikel PT PAM Mineral Tbk. (NICL) tengah ancang-ancang mengakuisisi PT Sumber Mineral Abadi (SMA) guna mendongkrak produksi. NICL pun menyiapkan dana investasi sebesar Rp390 miliar untuk aksi korporasi tersebut.

Direktur NICL Roni Permadi Kusumah mengatakan aksi akuisisi tersebut saat ini masih menunggu persetujuan Menteri ESDM terkait perubahan pemegang saham SMA. Perseroan berharap persetujuan bisa rampung dengan cepat.

"Kami memiliki target secepatnya, tetapi saat ini posisi untuk proses persetujuan di Kementerian ESDM," kata Roni dalam public expose, Senin (19/5/2025).

Dia menjelaskan proses yang telah dilalui NICL cukup panjang. Adapun, seiring dengan menunggu proses persetujuan Menteri ESDM, perseroan telah ancang-ancang dana investasi dengan nilai sebesar Rp390 miliar. Dana yang disiapkan berasal dari dana kas internal.

Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan akuisisi SMA merupakan bagian dari rencana strategis perseroan sebagai upaya menciptakan nilai tambah.

"Semoga dibantu juga di Kementerian ESDM dalam proses persetujuan, akuisisi Sumber Mineral Abadi. Diharapkan tahun ini bisa berjalan dengan baik," kata Ruddy.

Adapun, selain aksi korporasi berupa akuisisi SMA, NICL tidak menutup kemungkinan adanya langkah aksi korporasi lainnya.

"Akuisisi atau kerja sama, kami jajaki dan tidak menutup kemungkinan ada kerja sama atau menjadi bagian dari partner lain. Langkah aksi korporasi sudah dalam pembicaraan intensif," tutur Ruddy.

Langkah akuisisi dilakukan NICL seiring dengan geliat memacu produksi nikel tahun ini. Pada 2025, PAM Mineral menargetkan volume produksi sebesar 809.875 ton, sedangkan entitas anak PT Indrabakti Mustika (IBM) diharapkan mencapai produksi hingga 1.798.791 (1,79 juta) ton.

Sejalan dengan target produksi tersebut, NICL dan entitas anak merencanakan penjualan sebesar 2.608.666 (2,60 juta) ton ore nikel, dengan kadar nikel berkisar antara 1,3% hingga 1,65% Ni.

Total volume penjualan kemudian diharapkan meningkat menjadi 3,3 juta ton, dari rencana awal 2,60 juta ton karena rencana penambahan 700.000 ton pada entitas anak.

NICL saat ini mengoperasikan dua tambang, yakni di PAM Mineral sendiri dengan cadangan 6 juta wet metrik ton (WMT) dan PT Indrabakti Mustika (IBM) dengan cadangan 22 juta WMT.

Pada 2024, NICL dan PT IBM telah menambang bijih nikel sebanyak 1,96 juta ton dan melakukan penjualan 2,3 juta ton. Sejumlah 0,34 juta ton berasal dari inventory tahun sebelumnya.

Pada area IUP PAM Mineral yang berlokasi di Desa Buleleng, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, sekitar 45% dari area sumber daya sudah tertambang. Adapun, PT IBM yang berlokasi di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, area tertambang baru mencapai 22% dari area sumber daya.

Per Maret 2025, NICL telah melakukan penjualan sebesar 357.000 ton dari target RKAB 800.000 ton. Entitas anak PT IBM telah melakukan penjualan sebesar 645.000 ton dari target RKAB 1,8 juta ton.

Direktur NICL Herman Thio menyampaikan dengan target penjualan 3,3 juta ton nikel pada 2025, perseroan menargetkan laba bersih sekitar Rp650 miliar.

Per Maret 2025, NICL mencatatkan penjualan Rp543,91 miliar, naik 365,68% secara tahunan (year on year/yoy) dari sebelumnya Rp116,79 miliar. Peningkatan penjualan didorong oleh pertumbuhan volume penjualan nikel sebesar 995.834 wet metrik ton (WMT) dibandingkan 222.791 WMT per kuartal I/2024.

Adapun, laba periode berjalan melonjak 1.473,78% menjadi Rp193,13 miliar per Maret 2025, dari sebelumnya Rp12,19 miliar per Maret 2024.

"Untuk laba targetnya pada 2025 sekitar Rp650 miliar,” kata Herman Thio.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper