Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti Jejak CDIA, Intip Peluang Hadirnya IPO Mercusuar Tahun Ini!

BEI optimistis IPO lighthouse atau mercusuar akan hadir setelah CDIA merampungkan penawaran perdana saham
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025)./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025)./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) dinilai berpotensi menjadi IPO lighthouse alias IPO mercusuar. Selepas CDIA resmi melantai di bursa nanti, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih membidik kehadiran IPO mercusuar lainnya.

Berdasarkan prospektus, CDIA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham biasa dengan nominal sebesar Rp100 per saham. Harga yang ditawarkan adalah sebesar Rp170 hingga Rp190 per saham. Alhasil, dana segar yang berpotensi diraup CDIA adalah maksimal sebesar Rp2,37 triliun.

Anak usaha emiten besutan konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), itu akan mulai menggelar masa penawaran umum perdana saham pada awal Juli 2025. Kemudian, pencatatan efek pada BEI akan dijalankan pada 8 Juli 2025.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan penawaran perdana saham CDIA berpotensi masuk ke dalam kategori IPO lighthouse. BEI mencatat sampai dengan 20 Juni 2025, terdapat tiga IPO lighthouse dalam antrean atau pipeline, termasuk CDIA.

"BEI sendiri menargetkan lima IPO lighthouse pada 2025," kata Nyoman dalam jawaban tertulis beberapa waktu lalu.

Dari target lima IPO lighthouse, saat ini telah tercatat tiga IPO lighthouse di BEI, yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK), dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI).

Nyoman menjelaskan bahwa kehadiran perusahaan mercusuar atau emiten besar diharapkan dapat memperkuat struktur dan likuiditas pasar, sekaligus menarik lebih banyak minat investor.

"BEI terus mendorong perusahaan dengan skala dan potensi pertumbuhan yang tinggi untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan jangka panjang," kata Nyoman.

Selain CDIA, sejumlah kabar rencana IPO telah beredar pada tahun ini. Di konglomerasi Prajogo Pangestu, selain TPIA yang akan mengantarkan IPO CDIA, terdapat pula kabar PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang akan membawa IPO anak usahanya di bidang properti PT Griya Idola.

Namun, lewat keterbukaan informasi BEI, Manajemen BRPT menjelaskan bahwa PT Griya Idola belum memiliki rencana untuk melakukan IPO. Selain itu, sampai saat ini, tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup BRPT serta dapat mempengaruhi harga saham perseroan.

Kemudian, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dikabarkan akan membawa anak usahanya PT Medco Power Indonesia untuk melantai di Bursa.

Langkah IPO dirancang Medco Power seiring dengan adanya upaya perusahaan mengerek target penjualan listrik mencapai 4.500 gigawatt per hour (GWh) pada tahun ini, lebih tinggi 9,75% dari torehan sepanjang 2024.

Anak usaha PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) yakni PT Summarecon Investment Property (SMIP) juga dikabarkan akan IPO. Kabar ini sudah cukup lama berembus, tetapi manajemen SMRA tampak masih mempertimbangkan untuk mengeksekusi aksi korporasi itu lantaran kondisi pasar.

SMRA pada September 2024 lalu telah menyetor modal dalam bentuk nontunai (inbreng) ke SMIP senilai Rp8 triliun.

Rumor IPO lainnya yang juga kencang berembus dari Superbank, bank digital hasil kerja sama antara Grab dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK). Kabar IPO Superbank ini mengemuka pada Januari 2025 lalu.

Mengutip Bloomberg, sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan Superbank sedang mempertimbangkan IPO di BEI dan mengincar dana penjualan saham potensial senilai US$200 juta hingga US$300 juta.

Selain itu, Superbank dikabarkan mengincar valuasi senilai US$1,5 miliar hingga US$2 miliar dalam pencatatan saham perdananya nanti. Adapun, saat ini, rencana IPO Superbank dikabarkan masih dalam tahap awal dan belum menghasilkan keputusan.

Terdapat pula rencana IPO dari bank pembangunan daerah (BPD), yakni Bank DKI yang telah berganti nama menjadi Bank Jakarta. Langkah masuk Bursa itu didorong oleh Gubernur DKI Pramono Anung untuk meningkatkan kualitas layanan Bank Jakarta.

Namun, Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo mengatakan bahwa pelaksanaan IPO Bank Jakarta akan sangat bergantung pada kondisi pasar.

“Mungkin awal-awal tahun depan [2026], tapi saya tidak bisa menjanjikan. Pokoknya kalau situasi pasar mendukung, kami siap,” ujar Agus kepada Bisnis di sela peluncuran rebranding Bank Jakarta, Minggu (22/6/2025).

Agus mengungkapkan, dana yang dibidik dari IPO diperkirakan mencapai sekitar Rp3 triliun, sejalan dengan rencana Bank Jakarta untuk naik kelas dari Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 menjadi KBMI 3.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper