Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Emas Diprediksi Full Senyum pada Akhir Tahun

Investor emas diprediksi akan tersenyum lebar pada akhir 2025 dengan harga emas diperkirakan mencapai $3.700 per ons, didorong oleh permintaan bank sentral dan risiko resesi.
Karyawati memperlihatkan kepingan emas Antam di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati memperlihatkan kepingan emas Antam di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Investor logam mulia emas diprediksi akan full senyum pada akhir 2025. 

Pada bulan April 2025 lalu, Goldman Sachs memberikan prediksinya tentang masa depan emas atau logam mulia pada akhir tahun 2025.

Dilansir dari Reuters, Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga emas akhir tahun 2025 menjadi $3.700 per ons dari $3.300, dengan kisaran proyeksi $3.650-$3.950.

Salah satu alasannya yakni karena permintaan yang lebih kuat dari yang diharapkan bank sentral dan arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa yang lebih tinggi karena risiko resesi.

"Jika resesi terjadi, arus masuk ETF dapat meningkat lebih jauh dan mengangkat harga emas menjadi $3.880 per troy ounce (toz) pada akhir tahun," kata bank tersebut dalam catatannya itu.

"Dengan demikian, jika pertumbuhan mengejutkan dengan kenaikan karena berkurangnya ketidakpastian kebijakan, aliran ETF kemungkinan akan kembali ke prediksi berbasis suku bunga kami, dengan harga akhir tahun mendekati $3.550/toz," lanjut mereka.

Dilansir dari The Jerusalem Post, menurut penelitian Goldman, bank sentral global diperkirakan akan terus mengakumulasi sekitar 80 ton emas per bulan hingga tahun 2025.

Angka ini naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 70 ton, yang menunjukkan peralihan yang kuat dan berkelanjutan dari aset cadangan tradisional.

Revisi naik Goldman yang berulang, yaitu $3.100 pada bulan Februari, $3.300 pada bulan Maret, dan $3.700 saat ini.

Hal tersebut seolah menggarisbawahi meningkatnya keyakinan terhadap prospek emas.

Bank tersebut memandang emas sangat menarik karena pasokannya yang terbatas, korelasi yang rendah dengan aset tradisional, dan permintaan yang didorong oleh bank sentral.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro