Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Moodys soal Marketing Sales 6 Emiten Properti pada 2023, Suram?

Moody’s memproyeksikan marketing sales dari 6 pengembang properti melemah pada 2023 seiring turunnya permintaan properti akibat tekanan inflasi.
Green Central City Gadjah Mada, Jakarta, salah satu proyek superblok yang dibangun oleh Modernland Realty. /moderland.co.id
Green Central City Gadjah Mada, Jakarta, salah satu proyek superblok yang dibangun oleh Modernland Realty. /moderland.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Service memproyeksi adanya kenaikan suku bunga akan mengurangi permintaan untuk sektor properti di tengah meningkatnya risiko refinancing para emiten. Adapun marketing sales juga akan ikut melemah akibat turunnya permintaan properti.

Menurut penilaian Moody's tergerusnya daya beli konsumen seiring meningkatnya biaya pinjaman menyebabkan harga rumah menjadi kurang terjangkau bagi konsumen berpenghasilan menengah ke bawah. Beberapa konsumen pun lantas akan menunda pembelian properti.

Secara makro, pada September 2022, Inflasi Indonesia secara tahunan menembus 5,95 persen secara year-on-year (yoy) atau tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Kondisi inflasi sempat membaik kala menurun 1,66 persen pada Oktober 2022 secara month-to-month (mtm). Kondisi ini membuat, laju inflasi secara tahunan sudah menembus 5,71 persen.

Terlebih lagi Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga hingga 125 basis poin menjadi 4,75 persen.

Moody’s memproyeksikan marketing sales dari 6 pengembang properti turut melemah pada 2023 seiring turunnya permintaan properti akibat tekanan inflasi dan kenaikan suku bunga. Selain itu, sebanyak 5 dari 6 pengembang memiliki jatuh tempo obligasi yang signifikan pada 2024-2025.

Emiten-emiten tersebut adalah PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR), PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI), PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN), dan PT Modernland Realty Tbk. (MDLN).

Salah satu emiten yang memiliki risiko refinancing tertinggi adalah APLN yang memiliki utang obligasi US$300 juta atau setara Rp4,57 triliun (kurs Rp15.247) jatuh tempo Juni 2024. Menilik laporan keuangan per 30 September 2022, APLN memiliki utang berupa senior notes tahun 2017 sebesar Rp4,57 triliun. Obligasi tersebut diterbitkan oleh APL Realty Holdings Pte. Ltd. pada Juni 2017. 

Dari 6 pengembang yang ada, LPKR memiliki utang obligasi paling besar dengan US$325 juta jatuh tempo pada 25 Januari 2025, dan US$417 juta jatuh tempo pada Oktober 2026.

Pada Februari 2020, entitas anak LPKR, yakni TC menerbitkan obligasi (unsecured bond) dengan nilai nominal sebesar US$ 325 juta dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,12 persen per tahun dan terdaftar pada Bursa Efek Singapura.

LPKR kemudian melunasi utang tersebut secara bertahap dengan masing-masing nominal US$13 juta dan US$2 juta pada Juli dan Agustus 2022. Dengan demikian, nilai obligasi ini surut menjadi US$310 juta.

TC juga menerbitkan unsecured bond senilai US$425 juta pada Oktober 2016. Obligasi tersebut terdaftar pada Bursa Efek Singapura dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,75 persen per tahun. LPKR melakukan pelunasan pada Maret 2019 yang membuat utang obligasi menyusut menjadi US$417 juta. Obligasi ini akan jatuh tempo pada Oktober 2026.

“Meminjam dari bank-bank Indonesia yang memiliki likuiditas yang cukup telah menjadi pilihan populer bagi perusahaan-perusahaan Indonesia ketika mereka melakukan refinancing utang. Namun, di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini, bank menjadi lebih selektif dalam memilih perusahaan untuk memberikan pinjaman dan akan memilih perusahaan dengan kualitas kredit yang lebih kuat dan potensi pemulihan,” tulis Moody’s dalam risetnya, Selasa (29/11/2022).

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper