Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melonjak lebih dari 1 persen pada akhir perdagangan Jumat (25/3/2022) menyusul serangan rudal terhadap fasilitas distribusi minyak di Arab Saudi, di tengah kemungkinan pelepasan cadangan minyak oleh Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak 1,62 poin atau 1,4 persen ke level US$120,65 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April naik 1,56 atau 1,4 persen ke level US$113,90 per barel.
Kedua kontrak acuan mencatat kenaikan mingguan pertama mereka dalam tiga pekan terakhir.Brent naik lebih dari 11,5 persen dan WTI menguat 8,8 persen.
Geriliyawan Houthi di Yaman mengatakan mereka melancarkan serangan terhadap fasilitas energi Arab Saudi pada Jumat. Hal ini dikonfirmasi oleh koalisi yang dipimpin Saudi yang mengatakan stasiun distribusi bahan bakar Aramco di Jeddah telah menjadi sasaran serangan, tetapi kebakaran di dua tank di fasilitas tersebut telah dikendalikan.
Arab Saudi mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan minyak di pasar global yang disebabkan oleh serangan Houthi terhadap fasilitas minyaknya.
Gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran yang telah memerangi koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi selama tujuh tahun meluncurkan rudal ke fasilitas Aramco di Jeddah dan drone di kilang Ras Tanura dan Rabigh.
Baca Juga
“Ada hal lain yang perlu dikhawatirkan pasar yang telah menghindari pasokan minyak Rusia. Serangan Houthi berpotensi berdampak pada produksi Arab Saudi,” kata presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow, dilansir Antara, Sabtu (26/3/2022).
Lipow mencatat bahwa serangan Houthi menjadi lebih sering. Serangan itu terjadi hanya lima hari setelah kelompok Houthi menembakkan rudal dan drone ke fasilitas desalinasi energi dan air Saudi. Serangan ini menyebabkan penurunan sementara produksi di kilang.
Dengan stok global pada level terendah sejak 2014, analis mengatakan pasar tetap rentan terhadap kejutan pasokan.
Pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan pelepasan Cadangan Minyak Strategis AS. Jika hal ini dilakukan, akan ada lebih dari 30 juta barel tambahan pada awal bulan depan.
Jumlah rig minyak AS, yang menjadi indikator awal produksi masa depan, naik menjadi 531 minggu ini, tertinggi sejak April 2020, karena pemerintah mendesak produsen untuk meningkatkan produksi setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Meskipun jumlah rig minyak telah naik selama 19 bulan berturut-turut, peningkatannya kecil dan melambat baru-baru ini karena banyak perusahaan fokus untuk mengembalikan uang kepada investor daripada meningkatkan produksi dan menghadapi kendala pasokan.