Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Menanti Bangkitnya Saham Blue Chip hingga Gurita Bisnis Crazy Rich Bandung

Kinerja ekonomi yang membaik pada 2022 mendatang diharapkan akan dapat menopang kinerja keuangan dan saham emiten-emiten blue chip penghuni LQ45.

Bisnis, JAKARTA - Pemulihan ekonomi yang terus berjalan dan redanya kekhawatiran terhadap pandemi Covid-19 berpotensi mendorong kinerja saham-saham blue chip. Laju indeks LQ45 pun diperkirakan bakal lebih kencang pada tahun depan.

Hal itu berbalik dari gerak indeks LQ45 sepanjang tahun ini yang cenderung lesu. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 hanya menguat 1,47 persen menjadi 948,61 sejak awal tahun hingga 10 Desember 2021 atau secara year-to-date (YtD). Meskipin sejak 6 bulan terakhir, kinerjanya menguat 4,77 persen.

Realisasi itu underperform dibandingkan laju IHSG yang sudah menguat 11,27 persen YtD menjadi 6.652,92. Bahkan IHSG naik lebih tinggi dibandingkan indeks LQ45 sebesar 8,93 persen selama 6 bulan terakhir.

Berita mengenai kebangkitan indeks LQ45 menjadi salah satu pilihan editor Bisnisindonesia.id. Selain berita dari sektor finansila, redaksi Bisnisindonesia.id juga menyajikan beragam berita ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik.

Berikut intisari dari setiap berita pilihan:

1. Menanti Bangkitnya Saham-saham Blue Chip LQ45 di 2022

Potensi bangkitnya indeks LQ45 pada tahun depan sejalan dengan prospek saham-saham blue chip. Terutama saham sektor telekomunikasi dan perbankan.

Kedua saham di sektor tersebut mampu menunjukkan performa yang positif pada tahun ini. Tengok saja saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), yang merupakan kontributor terbesar dalam penguatan indeks LQ45 sejak awal tahun, mampu menguat 27,46 persen YtD menjadi Rp4.150.

Selanjutnya saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga turut menambah tenaga dengan kenaikan sebesar 10,93 persen YtD dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 15,89 persen YtD.

Sementara itu, saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) terpantau menjadi saham anggota indeks LQ45 dengan kenaikan harga tertinggi sejak awal tahun sebesar 96,91 persen menjadi Rp3.200.

Untuk tahun depan, Head of Equity Research BNI Sekuritas, Kim Kwie Sjamsudin, mengatakan kondisi pandemi di Indonesia yang terkendali berpotensi melonggarkan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah. Dengan kata lain, perekonomian dapat kembali dibuka seperti sedia kala sehingga bakal dapat menguntungkan saham-saham ekonomi lama yang tergabung dalam indeks LQ45.

“Sejak kasus Covid-19 kita turun banyak, saham big caps dari old economy baru-baru ini perform lagi. Menurut saya, saham old economy tahun depan bisa perform lebih bagus apabila kondisi pandemi terus terkendali,” kata Kim kepada Bisnis.

2. Bank Dominasi Aksi Rights Issue 2021

Emiten sektor perbankan mendominasi aksi penawaran umum terbatas atau rights issue sepanjang tahun ini. Tercatat, dari 34 aksi rights issue tahun ini per pekan ketiga November 2021, sebanyak 16 di antaranya berasal dari emiten bank.

Berdasarkan laporan OJK, sebanyak 16 aksi rights issue dari sektor perbankan menyumbangkan nilai emisi sebesar Rp139,82 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menjadi kontributor terbesar dengan nilai emisi mencapai Rp95,92 triliun.

Aksi penerbitan 28,2 miliar saham baru dalam rangka pembentukan Holding Ultra Mikro itu tercatat telah terserap seluruhnya dan bahkan mengalami oversubscribed.

Sementara itu, di peringkat kedua terdapat PT Bank Permata Tbk. (BNLI) yang membukukan nilai emisi dari rights issue sebanyak Rp10,96 triliun. Aksi penawaran umum terbatas IX yang berlangsung pada 30 Juni 2021 itu melepas 8.138.620.315 lembar saham baru dengan nilai nominal Rp125 setiap saham.

3. Siap Ekspansi di 2022, Emiten Matangkan Anggaran Belanja Modal

Sejumlah emiten sudah bersiap untuk ekspansi pada 2022 mendatang. Belanja modal pun telah dianggarkan untuk sejumlah pos yang dianggap penting.

Hal itu dilakukan untuk menopang percepatan pemulihan kinerja perusahaan tahun depan. Salah satunya emiten jasa transportasi laut dan logistik, PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI), yang berencana menambah armada angkutan tahun depan.

Perseroan pun menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp300 miliar telah disiapkan untuk rencana tersebut. Ada pula PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) yang menganggarkan capex senilai Rp500 miliar untuk 2022.

Perseroan berencana menggunakan belanja modal itu untuk ekspansi bisnis eksisting maupun bisnis potensial masa depan. Presiden Direktur Bakrie & Brothers Anindya Novyan Bakrie mengatakan fokus BNBR masih di lingkup industrialisasi, tetapi akan juga memperkuat bisnis masa depan seperti sustainable economy dan layanan digital.

“Capex yang ada itu kombinasi untuk bisnis existing dan bisnis ke depan untuk mengakselerasi pertumbuhan kami. Dari semua itu, kami mencanangkan Rp500 miliar untuk capex dan investasi di bisnis-bisnis kami ke depan,” kata Anindya dalam paparan publik, Jumat (10/12).

4. Gurita Bisnis Crazy Rich Bandung Jahja Tear Tjahjana


Aksi akuisisi saham PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. (DGIK) melalui PT Global Dinamika Kencana (GDK) seketika menjadikan nama Jahja Tear Tjahjana populer di kalangan investor saham. Sepak terjang Jahja sebelumnya tidak banyak beredar karena lebih banyak di belakang layar.

Namun, seiring dengan kiprahnya pada aksi akuisisi tersebut namanya kian menjadi pembicaraan. Namanya mulai banyak dicari seiring dengan dimulainya aksi penawaran tender wajib atau tender offer yang dijalankan GDK bagi investor DGIK setelah aksi akuisisi itu rampung pada Oktober 2021 lalu. Tender offer ini telah dimulai kemarin, Kamis (9/12) atas sekitar 1,16 miliar saham atau 21,01 persen saham DGIK.

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Menanti Bangkitnya Saham Blue Chip hingga Gurita Bisnis Crazy Rich Bandung

(Dari kanan ke kiri) Direktur Utama PT Oneject Indonesia Jahja Tear Tjahjana, Mantan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, dan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Engko Sosialine Magdalene meresmikan awal konstruksi pabrik kedua PT Oneject Indonesia di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (7/10/2019). - Bisnis / Oktaviano D.B. Hana


Jahja merupakan sosok yang membangun PT Global Dinamika Kencana. Berdasarkan penelusuran Bisnis, sosok kelahiran Bandung tersebut memiliki pengalaman bisnis yang luas.

Kiprah bisnis Jahja bermula pada 1982, ketika ia merintis usaha pertamanya, yakni penjualan komputer asal Taiwan dan penyedia material untuk proyek konstruksi dan renovasi. Perusahaannya pun terus berkembang. Belakangan Jahja juga masuk ke segmen bisnis kesehatan.

Ia telah mengantarkan distributor jarum suntik sekali pakai PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2019 lalu. Selain IRRA, Jahja juga memiliki dua perusahaan lain pada bidang kesehatan. PT Neumedik Indonesia dikelola langsung dibawah GDK, sementara PT Oneject Indonesia yang dikendalikan lewat entitas bernama PT Tri Mitra Sehati.

5. Memacu Laju Mobil 'Lokal dengan PPBNBM 0% Permanen

Stimulus berupa diskon PPnBM yang segera berakhir pada akhir tahun ini diklaim sukses menggeliatkan produksi dan penjualan mobil. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun mengusulkan PPnBM DTP permanen untuk memacu kendaraan 'lokal'.

Kemenperin pun berencana mengusulkan lagi insentif berupa PPnBM 0% secara permanen untuk produk otomotif dengan local purchase yang sudah mencapai 80%. “Pemerintah sedang mempersiapkannya secara berhati-hati dengan memperhitungkan cost and benefit, serta menyusun time frame-nya,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Apabila kebijakan tersebut diterapkan saat ini, hanya sedikit sekali model yang mendapatkan fasilitas diskon PPnBM bisa kembali menikmati PPnBM 0% permanen yang akan diusulkan itu.


Selamat membaca!

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper