Bisnis.com, JAKARTA – Momentum window dressing dipercaya sebagai salah satu pendorong perbaikan kinerja di pasar saham meski muncul sejumlah isu global yang perlu dikhawatirkan pada kuartal akhir tahun ini.
Berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam tiga tahun terakhir data historis menunjukkan perbaikan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kuartal akhir tiap tahunnya.
Pada tahun 2018, kinerja IHSG meningkat 3,65 persen di kuartal IV dan menutup tahun di level 6.194,50. Kemudian pada tahun 2019 di kuartal akhir kinerjanya tumbuh 2,11 persen dan menutup tahun di level 6.299,54.
Begitu halnya dengan tahun lalu, 2020, bertepatan dengan masuknya pandemi Covid-19 di Tanah Air. Pada kuartal IV/2020 kinerja IHSG tercatat melonjak 22,77 persen dan parkir di level 5.979,07 pada akhir tahun 2020.
Berdasarkan laporan mingguan Infovesta, Senin (4/10/2021), window dressing atau santa claus rally merupakan fenomena yang terjadi saat saham-saham mencatatkan kenaikan kinerja terutama di bulan Desember.
“Secara historis, indeks saham LQ45 selama 10 tahun terakhir pada Desember selalu mencatatkan kinerja positif dengan rata-rata 3,64 persen,” tulis Infovesta dalam laporannya, Senin (4/10/2021).
Baca Juga
Sedangkan lanjutnya, kinerja LQ45 pada Oktober selama 10 tahun terakhir juga tercatat naik sebanyak 7 kali dengan rata-rata kinerja sebesar 2,31 persen.
Berdasarkan data BEI, indeks LQ45 pun mencatatkan kinerja positif pada kuartal IV/2020 yang naik 26,82 persen. Begitu halnya pada kuartal IV tahun 2019 dan 2018 yang masing-masing naik sebesar 4,79 persen dan 3,87 persen.
Infovesta pun kemudian memperkirakan perbaikan kinerja pasar saham pada kuartal IV tahun ini mengingat tren window dressing yang terjadi dalam beberapa tahun kebelakang. Selain itu juga beberapa sentimen positif di dalam negeri.
“Pasalnya, pergerakan pasar saham di kuartal IV ini diperkirakan akan lebih baik seiring dengan perbaikan-perbaikan yang sudah diulas,” tulisnya.
Menurut Infovesta, pada kuartal akhir tahun ini masih ada harapan perbaikan kinerja pasar saham yang dilihat dari penurunan penularan Covid-19 gelombang kedua di Tanah Air, disertai dengan tingkat vaksinasi yang meninggi.
Disamping itu, data pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui GDP secara tahunan atau year on year (yoy) dan kuartalan (qoq) mencatatkan peningkatan masing-masing sebanyak 7,07 persen dan 3,31 persen.
“Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang membaik, hal ini diharapkan mendukung perbaikan laporan keuangan di kuartal IV/2021,” tulis Infovesta.
Meski demikian, Infovesta juga mengingatkan investor untuk memperhatikan beberapa isu global yaitu rencana tapering off oleh The Fed yang kemungkinan mulai dilaksanakan per November 2021 dan selesai pada pertengahan 2022.
Selain itu, kasus Evergrande di China juga memicu kekhawatiran akan adanya krisis ekonomi global karena ketidakmampuannya melunasi hutang dari bank.
Krisis energi yang melanda beberapa negara besar seperti China, Inggris, dan India juga perlu diperhatikan investor. Di mana terjadinya kelangkaan pasokan, naiknya harga gas dan listrik serta kesulitan bahan bakar minyak dinilai dapat memperlambat aktivitas ekonomi yang baru akan pulih setelah pandemi Covid-19.