Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Yield dan CDS Mendukung, Kepemilikan Asing di SBN Belum Pulih

Tingkat kepemilikan asing tersebut berbanding terbalik dengan sejumlah indikator pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia yang positif. Data dari World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil (yield) SUN seri 10 tahun Indonesia berada di level 6,364 persen.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia belum menunjukkan kenaikan ditengah sejumlah indikator pasar yang positif.

Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga awal Agustus 2021, tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat sebesar Rp967,31 triliun atau 22,56 persen dari total surat utang.

Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan kepemilikan asing pada periode Desember 2020 lalu, dimana asing memiliki 25,16 persen atau Rp973,91 triliun dari SBN Indonesia yang dapat diperdagangkan.

Tingkat kepemilikan asing tersebut berbanding terbalik dengan sejumlah indikator pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia yang positif. Data dari World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil (yield) SUN seri 10 tahun Indonesia berada di level 6,364 persen.

Dalam sebulan terakhir, pergerakan imbal hasil SUN Indonesia menguat 27,1 basis poin. Sementara, selama sepekan belakangan, yield SUN Indonesia terpantau menguat 2 basis poin.

Selain itu, level credit default swap (CDS) Indonesia juga terbilang optimal. Data dari World Government Bonds mencatat, CDS 5 tahun Indonesia berada di level 78,74, atau menguat 3,25 persen selama sepekan belakangan.

Seperti diketahui, level CDS yang semakin rendah menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin rendah pula pada instrumen surat utang suatu negara, dalam hal ini untuk surat utang Indonesia dalam denominasi rupiah.

Terkait hal tersebut, Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan memaparkan, tingkat kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia yang belum naik signifikan menandakan investor belum seagresif tahun-tahun sebelumnya. Hal ini utamanya disebabkan oleh ketidakpastian global dari pandemi virus Corona.

“Apalagi, beberapa pekan belakangan beberapa negara angka kasus virus Coronanya kembali meningkat,” katanya saat dihubungi pekan ini.

Kendati demikian, menurutnya kondisi pasar SBN Indonesia sudah lebih kondusif dibandingkan dengan tahun lalu. Hal tersebut terlihat dari menurunnya angka net sell SBN Indonesia dari sekitar Rp100 triliun pada periode Juli 2020 menjadi sekitar Rp5 triliun hingga akhir Juli 2021 lalu.

Ariawan mengatakan, angka tersebut menandakan kepercayaan investor asing terhadap pasar SBN yang mulai pulih.

Dia menuturkan, peluang kenaikan kepemilikan asing terhadap SBN masih sangat terbuka di sisa tahun 2021. Salah satu sentimen penopang outlook ini adalah likuiditas global yang masih sangat besar.

Hal tersebut juga didukung oleh langkah beberapa bank sentral dunia seperti AS, Jepang, dan Eropa yang akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.

Kenaikan jumlah kasus virus Corona dalam beberapa waktu terakhir juga meningkatkan ekspektasi dari pelaku pasar bahwa tapering yang akan dilakukan bank sentral AS, The Fed, tidak akan terlalu agresif. Sehingga, investor asing akan lebih agresif untuk masuk ke emerging market seperti Indonesia, terutama pada pasar SBN.

Selain itu, jumlah penerbitan Surat Utang Negara (SUN) Indonesia yang tinggal menyisakan sekitar Rp300 triliun pada tahun ini diprediksi akan semakin meningkatkan animo investor asing untuk SBN Indonesia.

Dengan imbal hasil yang tinggi, instrumen SUN Indonesia akan menjadi salah satu opsi utama bagi para investor asing untuk menaruh dananya dengan aman dan mendapatkan return yang optimal.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper