Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BUMN Karya Tertahan di Zona Merah, Masih Direkomendasikan Gak Nih?

Saham PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) memimpin pelemahan saham BUMN Karya setelah melemah 4,92 persen menjadi Rp1.255 pada akhir sesi I.
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kontraktor pelat merah atau BUMN Karya terjebak di zona merah, masih tertekan sentimen likuiditas ketat akibat pandemi.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (12/4/2021), saham PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) memimpin pelemahan sebesar 4,92 persen menjadi Rp1.255 per saham hingga akhir sesi I.

Selanjutnya saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) menyusul dengan pelemahan 4,76 persen menjadi Rp1.000.

Saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) melemah 3,59 persen menjadi Rp1.075 dan saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA)  melemah 3,40 persen menjadi Rp1.420.

Adapun, kinerja  keuangan BUMN Karya tertekan akibat pandemi  Covid-19 yang menyebabkan sejumlah proyek baru maupun yang berjalan tertunda. Tak hanya itu, pandemi juga menghalangi proses divestasi yang menjadi jalan keluar bagi BUMN Karya dengan tingkat utang tinggi.

Pos utang dan arus kas pun menjadi salah satu fokus BUMN Karya untuk perbaikan kinerja pada tahun ini. 

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, jumlah liabilitas empat emiten BUMN Karya meningkat 2,55 persen dari Rp207,16 triliun pada 2019 menjadi Rp212,24 triliun pada 2020.

Analis memberikan rekomendasi yang variatif untuk keempat emiten BUMN Karya. Kekhawatiran mengenai masa pandemi yang tak kunjung berakhir hingga posisi likuiditas masing-masing perseroan menjadi perhatian.

Analis J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo, Arnanto Januri, dan Karen Li menilai PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) masih akan kesulitan likuiditas mengingat kas dan setara kas turun 86,89 persen menjadi Rp1,21 triliun dari sebelumnya Rp9,25 triliun pada akhir 2020.

Sementara itu, total utang Waskita Karya yang senilai Rp66 triliun terdiri dari utang jangka pendek senilai Rp29 triliun.

Dengan neraca keuangan yang lemah, Waskita Karya diperkirakan pulih dalam laju lambat pada 2021 karena perseroan dinilai tidak memiliki kapasitas untuk menyerap proyek baru. 

Oleh karena kinerja WSKT diperkirakan tertinggal dibandingkan BUMN Karya lainnya, J.P. Morgan Sekuritas memberikan rekomendasi underweight untuk saham WSKT dengan target harga Rp1.200.

Sementara itu, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) juga diberi rekomendasi underweight dengan target harga Rp1.600. J.P. Morgan Sekuritas menilai total utang jangka pendek WIKA sekitar Rp21 triliun yang lebih tinggi dari posisi kas sekitar Rp15 triliun menjadi risiko.

Di sisi lain, Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian memberikan rekomendasi beli untuk WIKA dengan target harga Rp2.000. Menurut Joey, WIKA akan menjadi pendulang untung dalam pembangunan infrastruktur kembali setelah pandemi mengingat neraca keuangannya yang cukup kuat dengan net gearing sebesar 1,6 kali sementara rata-rata di industri 2,1 kali.

“Kami perkirakan ada pemulihan pendapatan yang akan menutupi kenaikan bunga. WIKA saat ini diperdagangkan pada 0,6 kali PBV, termurah kedua di sektornya,” tulis Joey dalam riset terbaru.

Sementara itu, saham PT PP (Persero) Tbk. juga masih direkomendasikan beli dengan target harga Rp1.800. 

Joey memilih PTPP sebagai top picks di sektor konstruksi karena memiliki valuasi PER dan PBV paling murah masing-masih sebesar 18,9 kali dan 0,63 kali. Selain itu, rekomendasi PTPP juga diperkuat oleh posisi neraca keuangan perseroan yang sehat dan order book mencapai Rp90 triliun.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper