Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pefindo Sebut Investor Hindari Obligasi Sektor Konstruksi, Trauma Gagal Bayar

Pefindo menyatakan surat utang dari sektor konstruksi kurang diminati investor karena dibayangi kasus gagal bayar dari beberapa perusahaan belakangan ini.
Pekerja beraktivitas di salah satu proyek di Jakarta. Bisnis/Arieh Hermawan P
Pekerja beraktivitas di salah satu proyek di Jakarta. Bisnis/Arieh Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengungkapkan investor kini cenderung menghindari penyerapan obligasi atau surat utang dari sektor konstruksi. Pasalnya, banyak perusahaan konstruksi yang mengalami gagal bayar belakangan ini.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menyampaikan bahwa kondisi tersebut diakibatkan oleh maraknya kasus gagal bayar di sektor konstruksi

“Berbagai investor agak cenderung menghindari satu sektor karena beberapa waktu terakhir ini ada kejadian gagal bayar di sektor tersebut, yaitu di sektor konstruksi,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Rabu (11/12/2024).  

Suhindarto menuturkan penerbitan surat utang di sektor konstruksi juga cukup minim. Berdasarkan data Pefindo hingga akhir November 2024, nilai penerbitan surat utang di sektor ini sebesar Rp537,34 miliar yang hanya berasal dari BUMN. 

Sebagai gambaran, nilai penerbitan surat utang nasional sepanjang Januari – November 2024 mencapai Rp130,18 triliun. Nilai ini terdiri atas surat utang BUMN senilai Rp40,64 triliun, sedangkan di luar BUMN sebesar Rp89,53 triliun. 

“Dari sisi penerbitannya di tahun ini, kalau tidak salah sangat minim untuk sektor konstruksi, dan memang akhirnya karena sentimen investor,” ucap Suhindarto.  

Sepanjang tahun ini, total hanya dua perusahaan pelat merah konstruksi atau BUMN Karya yang telah menerbitkan obligasi. Mereka adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP). 

ADHI menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV tahap pertama dengan nilai pokok Rp102,72 miliar. Aksi korporasi ini merupakan rangkaian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan IV Adhi Karya dengan target dana Rp5 triliun.

Manajemen perseroan, dalam prospektusnya, menjelaskan seluruh dana, yang diperoleh dari hasil penawaran umum akan digunakan untuk melunasi sebagian pokok Obligasi Berkelanjutan III Adhi Karya Tahap II Tahun 2021.

Sisanya digunakan sebagai modal untuk mendanai kegiatan usaha jasa konstruksi terutama pembayaran upah pekerja, supplier dan vendor subkontraktor. 

Sementara itu, PTPP menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV PTPP Tahap I Tahun 2024 senilai Rp434,62 miliar. Aksi korporasi tersebut merupakan rangkaian dari penawaran umum dengan total target dana yang dihimpun sebesar Rp3 triliun.

Di sisi lain, kasus gagal bayar surat utang menimpa BUMN Karya lainnya yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). 

Dalam perkembangan terbaru, Waskita Karya gagal membayar bunga dan nilai pokok atas obligasi senilai Rp1,36 triliun. Utang ini berasal dari Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap IV Tahun 2019 Seri B dengan bunga 9,75% per tahun. 

WIKA juga sempat menunda pembayaran pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A yang jatuh tempo pada 18 Desember 2023.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper