Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun 2020, Kucuran Cuan Dividen Emiten Tak Lagi Deras

Sejumlah emiten menurunkan dividend payout ratio untuk membantu pendanaan perseroan tahun ini, namun masih ada emiten lain yang justru meningkatkan rasio.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Musim pembagian dividen tahun ini tampaknya tidak sepanas tahun sebelumnya. Kucuran cuan dividen oleh sejumlah emiten untuk tahun buku 2020 menciut seiring dengan tekanan kinerja akibat pandemi Covid-19.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), misalnya, hanya akan membagikan dividen tunai sebesar US$35,5 juta untuk tahun buku 2020. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan dividen tunai tahun buku 2019 sebesar US$129,42 juta.

Kendati demikian, dividen payout ratio (DPR) ITMG untuk tahun buku 2020 lebih besar dibandingkan dengan 2019, yaitu 90 persen dari sebelumnya hanya 75 persen.

Hal yang sama juga terjadi pada PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang hanya akan membagikan dividen Rp835 miliar atau setara 35 persen dari laba bersih. Sementara itu, PTBA membagikan dividen Rp3,65 triliun untuk kinerja tahun buku 2019 dengan rasio 90 persen dari laba.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa kondisi makro dan ketidakpastian likuiditas menjadi pertimbangan beberapa emiten menurunkan DPR tahun buku 2020 untuk membantu pendanaan perusahaan pada tahun ini.

Namun, sisi baiknya masih ada emiten yang masih sanggup memberikan DPR tinggi seperti PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) yang membagikan dividen 100 persen dari laba bersih perseroan pada 2020, dibandingkan DPR 2019 sebesar 90 persen.

“Hal itu karena tampaknya mereka melihat kondisi ekonomi saat ini membuat ekspansinya tidak agresif sehingga kebutuhan pendanaan tidak begitu besar, makanya berani meningkatkan DPR,” papar Alfred kepada Bisnis, Selasa (6/4/2021)

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai bahwa penurunan besaran dividen yang dilakukan oleh emiten cukup wajar seiring dengan banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19 yang menjadi tekanan bagi kinerja setiap emiten.

Penurunan dividen itu pun menjadi katalis negatif pergerakan, seperti yang terjadi terhadap PTBA setelah pengumuman keputusan dividen.

Pada penutupan perdagangan Selasa (6/4/2021), saham PTBA dan ITMG kompak melemah di saat mayoritas saham batu bara bergerak di zona hijau. PTBA terkoreksi 0,79 persen, sedangkan ITMG melemah 0,98 persen.

“Dividen yang cenderung di bawah ekspektasi pasar ini membuat saham perusahaannya justru di jual oleh para investor yang kecewa,” ujar Chris kepada Bisnis, Selasa (6/4/2021).

Adapun, ekspektasi penurunan dividen itupun juga tercermin dari kinerja indeks sekumpulan emiten yang dianggap royal membagikan dividen atau IDXHIDIV20.

Sepanjang tahun berjalan 2021, indeks itu melemah 4,21 persen. Kinerja itu underperform dibandingkan dengan IHSG yang naik tipis 0,4 persen dan indeks LQ45 yang terkoreksi 3,73 persen.

Dari keseluruhan konstituen, sebanyak hanya 7 saham yang menguat, sedangkan 15 saham melemah.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan bahwa menjelang pengumuman keputusan dividen yang diproyeksi tidak sebaik ekspektasi pasar menyebabkan indeks itu menurun.

“Selain itu, memang kondisi market juga sedang dalam tren penurunan krn banyaknya sentimen negatif yang datang. Ekspektasi rilis ekonomi di kuartal 1/2021 juga menjadi pertimbangan pasar melakukan penjualan saham di indeks ini,” ujar Sukarno kepada Bisnis.

Prospek Tetap Cerah

Kendati demikian, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan bahwa prospek indeks itu masih tetap baik seiring dengan prospek pembagian dividen yang lebih tinggi untuk tahun depan.

Dia mengatakan bahwa investor dapat mencermati saham sektor batu bara seiring dengan kenaikan harga komoditasnya yang naik cukup signifikan pada tahun ini, tetapi harga sahamnya belum mengalami kenaikan signifikan.

“Investor juga dapat melirik saham-saham high dividend yang memiliki turn around story tahun ini setelah mencatatkan penurunan kinerja tahun lalu akibat Covid-19 seperti saham-saham perbankan,” papar Gani kepada Bisnis.

Senada, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan bahwa prospek pembagian dividen tahun 2022 akan jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021 karena pertumbuhan EPS pada 2021, berdasarkan laporan keuangan 2021, diproyeksi dapat tumbuh high double digit di kisaran 20 persen hingga 30 persen.

“Jadi saya perkirakan, dividen yield pada 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dividen yield 2021,” ujar Janson kepada Bisnis.

Pasalnya, emiten perbankan, sawit, dan pertambangan yang umumnya memiliki dividen yield tinggi di kisaran 3 persen hingga 5 persen, pada tahun ini diproyeksi mengalami penurunan dividen yield menjadi sekitar 2 persen.

Oleh karena itu, dia menilai saham-saham dari ketiga sektor itu sangat menarik untuk diakumulasi mulai saat ini. Adapun, rekomendasi saham-sahamnya adalah ADRO, PTBA, LSIP, dan BBRI.

Selain itu, Gani merekomendasikan PTBA, ADRO, UNTR, BBNI, BMRI, BBRI, dan ASII. 

Di sisi lain, Sukarno merekomendasikan INDF karena secara kinerja tumbuh pada 2020 dan potensi dividen yield menurut asumsinya sebesar 5 persen.

Sementara itu, Alfred merekomendasikan saham TLKM, INDF, BMRI, dan BBNI untuk diakumulasi oleh investor seiring dengan potensi pemulihan kinerja pada 2021 dan potensi dividen yang lebih besar tahun depan.

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper