Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

E-Commerce dan E-Wallet Dorong Pertumbuhan Ekosistem Reksa Dana

Ada dua platform e-commerce dan dua e-wallet yang bekerja sama dengan agen penjual reksa dana (APERD) daring untuk penjualan reksa dana.
- OVO
- OVO

Bisnis.com, JAKARTA — Kehadiran platform e-commerce dan e-wallet sebagai gerai penjualan reksa dana dinilai turut menyokong pertumbuhan penjualan produk investasi kolektif tersebut.

Saat ini, setidaknya ada dua platform e-commerce dan dua e-wallet yang bekerja sama dengan agen penjual reksa dana (APERD) daring untuk penjualan reksa dana.

Bukalapak melalui BukaReksa, Tokopedia melalui Tokopedia Reksa Dana, dan OVO melalui fitur Invest menjadi perpanjangan tangan PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa), sedangkan LinkAja digandeng oleh PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit).

Produk yang tersedia di platform-platform tersebut juga beragam. BukaReksa menawarkan 28 produk reksa dana dari berbagai manajer investasi, terdiri atas 11 produk RD saham, 7 RD pendapatan tetap, 5 RD campuran, dan 5 RD pasar uang.

Tokopedia khusus menyediakan 2 produk RD pasar uang, sedangkan OVO menawarkan produk pasar uang yang diterbitkan khusus untuk platform tersebut. Sementara fitur Investasi di aplikasi LinkAja terhubung langsung dengan Bibit.

Adapun, sebagai platform pembayaran digital, OVO dan LinkAja juga menjadi pilihan alat pembayaran untuk masing-masing platform, OVO untuk Bareksa dan LinkAja untuk Bibit.

Co Founder & CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengatakan sejak awal merintis Bareksa, dirinya telah memikirkan terobosan baru agar reksa dana yang sebelumnya dianggap eksklusif dapat menjadi produk investasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

Maka dari itu, sejak mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai APERD daring pada 2016 silam, dirinya merancang berbagai skema integrasi dengan platform lain termasuk dengan e-commerce.

“Saya sama Zaky [Founder Bukalapak] dan William [Founder Tokopedia] waktu itu kita kerja sama dengan MI [manajer investasi] bikin reksa dana yang bisa dibeli dengan Rp10.000, seharga beli gorengan,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (22/2/2021)

Karaniya menilai upaya tersebut berhasil dengan semakin banyaknya nasabah baru yang terjaring oleh Bareksa dari tahun ke tahun, termasuk melalui gerbang e-commerce. Namun dia enggan mengungkapkan angka pastinya.

“Kontribusinya sangat besar ya, posisinya e-commerce dan e-money itu sebagai gerai kalau berdasarkan klasifikasi OJK. Sejauh ini saya tidak bisa sebut tapi kontribusinya baik sekali,” imbuhnya.

Sukses dengan e-commerce, Bareksa kemudian mulai merambah ke platform lain seperti e-wallet. Awal tahun ini, Bareksa menggandeng platform pembayaran digital OVO untuk menjadi gerai penjualan reksa dana dengan menyediakan fitur Invest di aplikasi OVO.

Dia menilai kehadiran e-commerce dan e-wallet sebagai gerai penjualan reksa dana mendorong pertumbuhan ekosistem reksa dana dengan pesat. Pasalnya, kedua platform tersebut memiliki basis pengguna yang besar.

“Jadi saling melengkapi ekosistem. Dari e-commerce itu jumlah nasabahnya besar, cukup besar sekali, tapi betul-betul ritel, nasabah pemula. Tapi dari ticket size yang kecil ini lama-lama menjadi besar, yang sudah mulai serius biasanya masuk lewat Bareksa langsung,” ujarnya lagi.

Karaniya mengatakan kini Bareksa memiliki layanan Bareksa Platinum untuk mengakomodasi nasabah-nasabah dengan nilai investasi besar. Pun, rata-rata dana kelolaan Bareksa Platinum saat ini ada di kisaran Rp400 juta.

Tahun ini, Bareksa tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk beberapa platform pembayaran digital lain serta bank skala menengah sebagai penambahan gerai penjualan reksa dana.

“Beberapa payment lain iya, juga bank. Bank-bank menengah, mereka mau masuk juga di reksa dana jadi kami sediakan produk dan platform, mereka sebagai gerai. Memang bank dan fintech itu harus kolaborasi, bukan bermusuhan. Soon akan launching,” pungkasnya.

Mengacu pada data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor reksa dana per akhir 2020 adalah 3,16 juta investor, naik 78,38 persen dari posisi 1,77 juta investor per akhir 2019. Jumlah tersebut kembali naik per akhir Januari 2021 menjadi 3,52 juta investor.

Dari seluruh investor reksa dana yang tercatat di KSEI, sekitar 54,52 persen di antaranya memiliki rekening di agen penjual daring atau fintech.

Direktur KSEI Supranoto Prajogo mengatakan pertumbuhan investor reksa dana yang pesat salah satunya memang didorong oleh kehadiran platform digital. Pasalnya, kemudahan pembukaan rekening melalui aplikasi membuat orang semakin tertarik masuk ke reksa dana.

“Ini terlihat bahwa lebih dari 50 persen investor itu memiliki rekening yang dibuka melalui selling agent fintech,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Senada, Ketua Dewan Presidium Asosiasi Pelaku Reksa Dana & Investasi Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan peningkatan jumlah agen penjual reksa dana (APERD) termasuk agen penjual dari perusahaan fintech menjadi salah satu pendorong pertumbuhan investor reksa dana.

“APERD terutama yang fintech ini kan suatu terobosan baru untuk kami, sekarang bisa lihat secara jumlah investor pertumbuhannya cepat sekali,” katanya.

Prihatmo menyebut pertumbuhan investor reksa dana akan semakin pesat ke depannya seiring dengan semakin mudahnya membuka rekening atau single investor ID (SID). Namun dia tak dapat memperkirakan berapa persen pertumbuhan yang disumbang APERD fintech.

“Ini fenomena yang baik, tapi kita tunggu saja beberapa tahun ke depan. Karena itu tadi, salah satu yang kita unggulkan adalah kemudahan bertransaksi reksa dana melalui platform elektronik lewat marketplace dan sebagainya,” ujar dia.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper