Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham dalam negeri masih dipenuhi dengan ketidakpastian, sehingga analis melihat investasi ke reksa dana pendapatan tetap menjadi opsi pilihan yang lebih aman.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat amblas 6,12% ke level 6.076,08 pada perdagangan Selasa (18/3/2025) hingga pemberlakuan trading halt. Kemudian akhirnya IHSG mulai rebound ke level 6.370,78 pada hari ini, Kamis (20/3/2025).
Chief Investment Officer PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) Stefanus Dennis Winarto mengatakan bahwa investor saat ini perlu selektif dalam memilih instrumen investasi, dan bisa menerapkan strategi diversifikasi di tengah kondisi pasar yang sedang bergejolak.
Dia mengatakan bahwa instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan saat pasar saham sedang lesu yakni reksa dana, khususnya reksa dana pendapatan tetap.
“Reksa dana pendapatan tetap sebagian besar berinvestasi pada obligasi, yang cenderung lebih stabil daripada saham,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Menurutnya, ada beberapa reksa dana pendapatan tetap yang memberikan pendapatan secara rutin kepada investor dalam bentuk dividen, sehingga instrumen ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan pasif.
Baca Juga
Selain itu, dia mengatakan bahwa sebagai pilihan investasi yang cenderung stabil, reksa dana pendapatan tetap masih menjadi primadona investor tanah air yang tercermin dari nilai dana kelolaan.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), nilai asset under management (AUM) reksa dana pendapatan tetap masih menjadi yang terbesar yakni mencapai Rp148,59 triliun per Januari 2025.
Dia menjelaskan bahwa jumlah tersebut naik 1,2% dari AUM reksa dana pendapatan tetap per akhir 2024 yang sebesar Rp146,47 triliun.
“Investor masih terus memilih aset investasi yang lebih defensif yaitu di reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap,” ujarnya.
Adapun bagi investor yang ingin menerapkan strategi diversifikasi, dia menyarankan untuk bisa memilih reksa dana campuran.
Dia menjelaskan bahwa jenis reksa dana campuran yaitu mengalokasikan dana pada obligasi, saham, dan instrumen pasar uang, dengan ketentuan bahwa masing-masing instrumen tidak boleh melebihi 79% dari total portofolio.
"Diversifikasi dalam reksa dana campuran membantu investor untuk mengelola risiko di tengah kondisi pasar yang tidak menentu, sehingga menawarkan potensi imbal hasil yang lebih stabil," ucapnya.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa bagi investor yang mengutamakan keamanan dan likuiditas saat ketidakpastian pasar, maka reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan.
Menurutnya, reksa dana pasar uang merupakan investasi pada instrumen jangka pendek seperti deposito dan obligasi jangka pendek yang memiliki volatilitas lebih minim.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.