Bisnis.com, JAKARTA—Dua emiten anak BUMN konstruksi, PT PP Presisi Tbk. dan PT Waskita Beton Precast Tbk., berupaya meningkatkan porsi proyek eksternal atau di luar dari induk ke depan.
Bambang Suyitno, Investor Relation PP Presisi, mengatakan saat ini kontribusi proyek yang didapat perseroan berasal dari internal atau induk sebesar 85,8%, pemerintah sebesar 8%, BUMN lain 5,6%, dan swasta sebesar 0,6%. PP Presisi, yang memiliki kode saham PPRE ini, merupakan anak usaha PT PP (Persero) Tbk.
"Ke depan kami mengharapkan komposisi berimbang, 50% internal dan 50% eksternal," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (11/10/2019).
Bambang menyebutkan pihaknya berupaya menyeimbangkan kontribusi proyek eksternal dan internal mengacu pada manajemen risiko. Selain itu, PPRE juga ingin mengurangi ketergantungan pada proyek yang didapat oleh induk.
Salah satu upaya yang dilakukan perseroan adalah meningkatkan kontrak yang berasal dari sektor jasa pertambangan secara berkelanjutan. Saat ini, PPRE telah menggarap sektor tambang batu bara dan memiliki 3 kontrak coal hauling dan 1 kontrak coal mining services.
Menurut Bambang, ke depan perseroan bakal membidik perolehan kontrak pertambangan dari nikel yang saat ini sedang booming. "Hal ini diharapkan akan meningkatkan konstribusi eksternal," jelasnya.
Baca Juga
Berdasarkan bidang usaha, perolehan kontrak PPRE 99,1% berasal dari sektor kontruksi dan 0,9% dari non konstruksi. Ke depan, kontribusi sektor non konstruksi akan diperbesar hingga 5%--10% dengan tujuan agar tidak terjadi ketergantungan pada sektor konstruksi demi menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.
PT Waskita Beton Precast Tbk., yang merupakan subsidiary PT Waskita Karya (Persero) Tbk., juga berencana memperbesar kontribusi proyek di luar induk menjadi 70% pada periode 2022--2024. Direktur Utama Waskita Beton Precast Jarot Subana mengatakan pada akhir 2019 kontribusi proyek eksternal akan berada di kisaran 50%--60%.
"Untuk memperbesar proyek eksternal, kami merintis dulu enggak bisa instan langsung dapat. Contohnya kami mencoba ke Hutama Karya karena kan sekarang mereka banyak proyek," katanya.
Perseroan, lanjutnya, mencoba keluar dari induk karena harus menunggu proses divestasi terlebih dahulu sebelum kembali melakukan investasi, walaupun marjin yang didapat dari proyek internal lebih baik dibandingkan dengan proyek eksternal.
Salah satu proyek eksternal yang diraih emiten dengan kode saham WSBP adalah ruas tol Pekanbaru-Dumai dari Hutama Karya. Pada proyek ini, perseroan mensuplai tiang pancang. “Selain [proyek] HK di Sumatra, kami juga cari dari pasar swasta dan juga perbesar segmen ritel untuk ready mix,” ujar Jarot.
Menurutnya, untuk bisa bersaing di pasar eksternal perseroan harus bisa menawarkan harga yang kompetitif melalui efisiensi di segala lini dengan produk yang berkualitas tinggi serta pengiriman yang tepat waktu.
Hingga September 2019, WSBP membukukan nilai kontrak baru senilai Rp3,69 triliun. Perolehan kontrak baru emiten dengan kode saham WSBP ini berasal dari proyek eksternal yang berkontribusi sebesar 44% dan sisanya dari internal.
Proyek-proyek eksternal yang didapatkan perseroan antara lain Proyek Jalan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar Seksi 2 dan 3, Apartemen Tokyo Riverside, Tol Pekanbaru-Dumai Seksi 6C, Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu Ramp on & off, Bandara Kulonprogo, Bendungan Leuwikeris, PLTGU Tambak Lorok, dan lainnya.
Untuk kontrak baru dari proyek internal antara lain Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan, Addendum Proyek Jalan Tol Cibitung-Cilincing, Proyek Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi Seksi II, Bandara Sultan Hasanuddin, dan lainnya.