Bisnis.com, JAKARTA — Transformasi yang akan dilanjutkan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. dinilai akan menguatkan posisi perseroan pada bisnis ritel. Dengan upaya tersebut, mampukah saham RALS melaju ke harga Rp2.200?
Analis Maybank Kim Eng Janni Asman dalam risetnya menyebutkan bahwa emiten berkode saham RALS tersebut diproyeksikan akan mendapatkan kinerja yang positif pada semester II/2019 seiring dengan langkah perseroan yang meningkatkan kualitas gerainya.
Dia menilai sekitar 40 persen hingga 45 persen dari 117 gerai berpotensi untuk ditingkatkan ke segmen outlet gaya hidup. Menurutnya segmen gaya hidup dapat lebih unggul pada saat musim sepi atau low season dibandingkan dengan segmen food and beverage (F&B).
Selain itu, efisiensi yang dilakukan RALS dengan memangkas jumlah gerai yang tidak potensial dinilai berdampak positif terhadap kinerja perseroan. Dia mengharapkan program tersebut dapat terus berlanjut pada periode selanjutnya.
Janni memprediksi RALS dapat mempertahankan penjualan pada periode low season ini dengan permintaan yang masih solid. Penjualan yang berkelanjutan dari segmen supermarketnya juga dapat membantu RALS mengurangi pelemahan penjualan saat low season.
“Kami merekomendasikan untuk mempertahankan beli untuk saham RALS dengan TP Rp2.200 yang mencerminkan PE 24 kali pada 2019,” sebutnya.
Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasha dalam risetnya menyebutkan bahwa hasil yang ditorehkan RALS pada semester I/2019 masih dibawah proyeksinya.
Pasalnya, secara kumulatif pada semester I/2019, RALS hanya mencatatkan pertumbuhan laba kotor sebesar 1,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan hanya mencapai 57,6 persen dari total pendapatan kotor yang diproyeksikan.
“Sedikit di bawah ekspektasi awal kami yaitu 61 persen dari total pendapatan. Sebagai perbandingan, pada 2018, pendapatan RALS pada semester I mencapai 60,3 persen dari total pendapatan pada 2018,” sebutnya.
Lebih lanjut, penjualan pada Juni 2019 tercatat lebih rendah 12 persen dari target awal yang ditetapkan perseroan senilai Rp1,23 triliun. Dia menilai hal tersebut terjadi karena melesetnya prediksi kelanjutan peningkatan penjualan Lebaran pada Mei hingga Juni.
Christine menilai momen mudik lebaran membuat penjualan pada periode tersebut mengalami pelemahan. Pasalnya, banyak orang perkotaan yang kembali ke kampung halamannya dan pergi berlibur.
“RALS hanya membukukan pendapatan kotor Rp1,08 triliun pada Juni, penurunan signifikan dari ekspektasi awal perusahaan sebesar Rp1,23 triliun atau sekitar 12 persen lebih rendah,” jelasnya.
Adapun, dengan prediksi pada kuartal II/2019 yang lebih rendah dari proyeksinya yang disebabkan oleh lemahnya penjualan pada Juni, serta catatan same store sales growth yang lebih rendah dari prediksi, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menurunkan rekomendasinya.
Selain itu, terdapat faktor lainnya yang membuat pihaknya menurunkan rekomendasinya tersebut, di antaranya adalah kemungkinan kenaikan harga bahan bakar dan pengurangan subsidi listrik dinilai akan berdampak negatif terhadap kinerja perseroan.
“Kami menurunkan rekomendasi RALS ke trading beli dan menurunkan target hara kami menjadi Rp1.550,” ungkapnya.