Bisnis.com, JAKARTA - Emiten telekomunikasi, PT Indosat Tbk. berencana melakukan rights issue untuk memenuhi kebutuhan belanja modal pada tahun hingga 2021.
Direktur Utama Indosat Chris Kanter mengungkapkan, perseroan berencana mengalokasikan belanja modal senilai US$2 miliar. Dia mengungkapkan, belanja modal perseroan sebagian berasal dari kas internal, pinjaman bank dan membuka peluang dengan melakukan rights issue.
"Pada tahun ini, belanja modal yang dialokasikan sekitar Rp10 triliun. Kami menyiapkan opsi belanja modal melalui pinjaman, rights issue hingga penjualan menara," ungkapnya di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Namun, Chris enggan membeberkan detail rencana aksi korporasi tersebut.
Pada tahun ini, emiten bersandi saham ISAT berencana untuk membangun 18.000 base tranceiver station (BTS). Adapun jumlah BTS yang dimiliki perseroan pada akhir tahun lalu mencapai 74.926 unit, atau naik 22,1% dari posisi 61.357 unit pada 2017.
Namun, perseroan mencatatkan penurunan jumlah pelanggan selular dari 110,2 juta pelanggan, menjadi 58 juta pelanggan. Chris menambahkan, kebijakan pemerintah yang membatasi tiap nomor induk kependudukan (NIK) memiliki 3 nomor selular telah memukul jumlah pelanggan.
Adapun pendapatan yang dikantongi perseroan pada 2018 senilai Rp23,14 triliun, turun 22,7% dari posisi Rp29,92 triliun. Penurunan pendapatan itu, berimbas pada penurunan kerugian perseroan.
Pada 2017, ISAT mencatatkan laba senilai Rp1,13 triliun, akan tetapi pada 2018, nilai rugi bersih yang dikantongi menjadi Rp2,4 triliun. Chris mengungkapkan, perseroan tidak hanya bisa bergantung dari segmen pertumbuhan pelanggan selular, tetapi dibutuhkan metode baru untuk meningkat pendapatan.
Misalnya, meningkatkan pendapatan dari segmen pemakaian data. Jumlah pemakaian data pada 2018 sebanyak 1,87 juta terabyte, atau naik 72,7% dari posisi 1,08 juta terabyte.
Dia menambahkan, perseroan akan lebih fokus untuk mengembangkan 4G pada tahun ini. Selain itu, perseroan terus merampingkan proses internal dan operasional untuk menghemat waktu dan biaya, sehingga menghasilkan peningkatan efisiensi yang cukup besar dan berkelanjutan.
Menurutnya, keberadaan jaringan 4G yang kuat mutlak untuk bersaing, maka terdapat penambahan anggaran modal belanja untuk perluasan jaringan yang akan dimulai dengan peningkatan jaringan 4G di kota-kota besar tertentu di luar Jawa pada 2018. Adapun belanja modal pada 2018 senilai Rp9,28 triliun.