Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan industri baja China melambat pada Agustus, dengan produksi yang menurun meskipun ada lonjakan tajam pada permintaan untuk ekspor.
Dari data kompilasi indeks CFLP Steel Logistics Professional Committee. Purchasing Managers’ Index (PMI) China tercatat anjok 53,4 pada Agustus dari 54,8 pada Juli. Level di atas 50 mengindikasikan pengembangan per bulan.
Namun, untuk industri penggilingan baja tidak mencatatkan ada kenaikan level produksi, dan terlihat harus menarik cadangannya untuk memenuhi lonjakan permintaan.
Pertumbuhan sektor manufaktur China secara keseluruhan secara mengejutkan melambung pada Agustus setelah tergelincir dalam dua bulan sebelumnya. Hal itu menjadi bantalan pada perlambatan ekonomi China setelah Amerika Serikat kembali menjatuhkan tarif pada barang China.
Pada perdagangan Selasa (4/9), harga baja hot-rolled tercatat naik 3 poin atau 0,33% menjadi US$903 per stone. Selain itu, baja rebar di London Metal Exchange (LME) tercatat naik 7 poin atau 1,39% menjadi US$512 per ton.
Kenaikan tersebut diperkirakan terbatas. Pesanan ekspor diperkirakan akan kembali menyusut, menunjukkan kebingungan atas kebijakan perdagangan AS yang mulai memberikan dampak setelah Washington menyatakan telah bersiap meluncurkan langkah baru pada September ini.
Produsen baja terbesar China, Baoshan Iron & Steel Co. Ltd. (Baosteel) diperkirakan akan mengurangi ekspornya ke AS pada semester II/2018.
“Kami kemungkinan akan mengurangi ekspor produksi ke AS, tetapi kami tetap berupaya menstabilkan keseluruhan jumlah ekspornya,” ujar Xu Lejiang, Chief Executive Officer Baosteel, dikutip dari Reuters, Selasa (4/9/2018).