Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan eksplorasi minyak dan gas PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) mengejar pertumbuhan penjualan 10% tahun ini dengan mengandalkan produksi gas ketimbang minyak. Direktur ENRG Didit Ratam mengatakan estimasi harga minyak menurut perseroan yang masih US$40 per barel tahun depan membuat skala keekonomian komoditas itu menjadi kurang menarik. "Kami tidak mengharapkan pertumbuhan (penjualan) dari minyak," katanya, pekan lalu.Sejak 2013, porsi pendapatan gas menyalip pendapatan minyak. Per September, penjualan gas mencapai US$296 juta atau 63,6% dari total pendapatan perseroan US$465 juta. Penurunan harga minyak pada saat yang sama juga terus menggerus pendapatan perseroan. Pendapatan per September turun 22,87% dari perolehan periode sama tahun lalu US$603,06 juta.Meskipun porsi gas saat ini sudah 6%-70% dari total produksi, perseroan akan terus meningkatkan produksi gas. Produksi gas per September mencapai 35,8 MBOEPD atau 76,33% dari total produksi 46,9 MBOEPD.Peningkatan produksi akan dilakukan di Blok Bentu yang belum lama ini memperoleh persetujuan plan of further development (POFD) dari pemerintah. Dengan persetujuan pengembangan lebih lanjut itu, perusahaan yang berafiliasi dengan Grup Bakrie itu akan mengerek produksi gas di blok itu dari 47,5 mmcfd per September 2015 menjadi 90 MMcfd. "Tapi, loncatan itu (produksi gas) baru akan terjadi di 2017. Tahun 2016 organik saja, artinya penambahan-penambahan kecil, tidak ada loncatan," ujarnya. Perseroan juga akan melakukan eksplorasi (exploration drilling) tahun depan di Blok Kangean untuk meningkatkan produksi dari saat ini 122,7 MMscfd. Dari blok itu, ENRG selama ini menjual gas sebanyak 369 BCF ke PLN dengan kontrak US$5,63 per MMBTU, US$242 BCF ke Petrokimia Gresik dengan kontrak US$5,23 per MMBTU, 221 BCF ke PT Pertagas dengan kontrak US$5,63 per MMBTU, dan 79 BCF ke PT Indogas dengan kontrak US$5,63 per MMBTU. "Itu (Kangean) punya cadangan yang kami harapkan cukup besar," ujar Didit. Sementara itu, dari Blok ONWJ, ENRG menjual gas 679 BCF ke PLN dengan kontrak US$6,28 per MMbtu, Pupuk Kujang sebanyak 189 BCF dengan kontrak US$7,52 per MMbtu, dan Pertamina sebanyak 20 BCF dengan kontrak US$8 MMbtu.Komisaris Independen ENRG Qoyu Tjandranegara menuturkan harga gas yang dijual ke pasar domestik sesungguhnya lebih kebal terhadap fluktuasi harga minyak dunia, berkebalikan dengan harga gas ekspor."Itu mengapa semakin banyak ekspor gas, pendapatan semakin turun. Kalau ke domestik tidak (harga) karena tergantung POD (plan of development)," jelasnya. Sekalipun turun, sambung dia, penyesuaian harga akan diambil dari sharing pemerintah, bukan kontraktor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Yusuf Waluyo Jati
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
40 menit yang lalu
Setelah GJTL, Giliran Saham ABMM Diborong Lo Kheng Hong
1 jam yang lalu
Tekanan Harga Batu Bara dari Banjir Produksi China
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
14 menit yang lalu
Rupiah Tergelincir ke Rp16.312 per Dolar AS, BI Lakukan Intervensi Pasar
23 menit yang lalu
IHSG 2025 Bisa 8.000, Pengamat: BEI Jangan Banyak Intervensi Pasar
40 menit yang lalu