Bisnis.com, JAKARTA—Bursa Efek Indonesia memertanyakan penetapan harga dan rasio rights issue PT BW Plantation Tbk, yang sudah berencana menerbitkan 27,02 miliar saham baru.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen mengungkapkan pihaknya sudah bertemu dengan BWPT setelah rencana aksi korporasi tersebut santer diberitakan. “Kami sudah tanya dasar pertimbangan harga [rights issue] dan rasionya. Mereka belum sampaikan harga dan rasio [secara resmi ke BEI] tapi sudah bicara di mana-mana. Rights issue-nya juga masih menunggu RUPSLB kan,” tuturnya, Jumat (26/9).
Namun, lanjut Hoesen, BWPT belum menjelaskan kedua hal itu baik ketika bertemu dengan mereka maupun lewat keterbukaan informasi. Padahal, keterbukaan informasi menjadi saluran kontrol sosial dari publik dan pemegang saham.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyampaikan bakal melihat apakah rencana aksi korporasi tersebut sesuai ketentuan atau tidak. Dokumen permohonan pernyataan efektif atas mekanisme PUT dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) baru saja masuk OJK.
Harga pelaksanaan rights issue menjadi sorotan lantaran di bawah pasar, yakni antara Rp390 hingga Rp411 per saham. Padahal, sebelum rencana itu diumumkan harga saham perseroan berkisar di atas Rp900 per saham.
Ditetapkannya harga saham rights issue yang di bawah harga pasar normal juga membuat harga saham BWPT anjlok. BEI bahkan memasukkan mereka dalam kategori unusual market activity (UMA), hari ini. Saham BWPT ditutup di posisi Rp460 per saham, hari ini.
Lewat aksi korporasi itu, perseroan berharap mendapatkan dana Rp11,1 triliun. Sebanyak Rp10,53 triliun di antaranya akan digunakan untuk membeli Grup Green Eagle yang berada di bawah Grup Rajawali. (AMA)
Your message has been sent.